Umat Hindu di Bali menggelar upacara Bumi Sudha, Selasa (12/12/2023) di Pura Watu Klotok, Klungkung. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Umat Hindu di Bali akan kembali melaksanakan Yasa Kerthi untuk Upacara Bhumi Sudha yang bertepatan dengan Rahina Tilem Kanem pada Senin (30/12). Upacara Bhumi Sudha ini akan digelar di 3 Pura, yaitu di Pura Pengubengan Besakih, Pura Ulun Danu Batur Kintamani dan Pura Segara Watuklotok Klungkung.

Hal ini sesuai dengan surat Sekretariat Daerah Provinsi Bali Nomor: B.36.400/58192/KESRA/B.PEMKESRA, tertanggal 12 Desember 2024, perihal Upacara Bhumi Sudha, yang ditindaklanjuti dengan surat Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor: 535/MDA-Prov Bali/XII/2024 perihal Surat Pengantar Edaran Yasa Kerthi Upacara Bhumi Sudha.

Dalam Surat Edaran MDA Provinsi Bali tersebut, meminta bandesa adat atau sebutan lain desa adat se-Bali agar menyampaikan kepada seluruh krama desa adat supaya melaksanakan Yasa Kerthi Upacara Bhumi Sudha pada Soma Umanis, Wuku Bala, tanggal 30 Desember 2024 (Tilem Sasih Kanem).

Bandesa Madya MDA Kabupaten/Kota se-Bali supaya hadir nunas Tirta Penawar/Pamarisudha, pada hari Senin, tanggal 30 Desember 2024, Pukul 11.30 Wita, bertempat di Pura Segara Watu Klotok, Klungkung, dengan membawa banten pajati lengkap dan genah tirta untuk selanjutnya dibagikan kepada seluruh desa adat di wilayah masing-masing.

Baca juga:  Zona Merah Bali Meluas, "Travel Bubble" Terus Dimatangkan

Bagi krama desa adat yang mempunyai dresta/tradisi menyelenggarakan upacara Nanggluk Merana pada Tilem Sasih Kanem agar kegiatannya tetap dilaksanakan sesuai dengan dresta masing-masing. Sebab tujuannya sama-sama memohon paswecan Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar bumi beserta isi, termasuk krama-nya, terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan pada peralihan dari Sasih Kanem ke sasih-sasih berikutnya.

Yajamana Yasa Kerthi Upacara Bhumi Sudha, Ida Pedanda Gede Putra Tembau, menjelaskan pemarisudha sekala dan niskala penting disikapi dan dilakukan untuk menyikapi kondisi alam dan perubahan sasih yang berpotensi menimbulkan adanya berbagai penyakit, bencana dan virus. Untuk pemarisudha niskalanya sesuai dengan petunjuk sastra yang telah ditetapkan dalam Paruman Sulinggih Provinsi Bali pada 16 Desember 2009 akan dilaksanakan Upacara Bhumi Sudha setiap Tilem Sasih Kanem.

Di 2024, Upacara Bhumi Sudha jatuh pada Soma Umanis Bala, 30 Desember 2024 (Tilem Sasih Kanem). Berkenaan dengan hal tersebut, untuk mendukung kesucian dan suksesnya pelaksanaan Upacara tersebut patut dilaksanakan Yasa Kerti oleh seluruh umat Hindu Dresta Bali, baik dalam sikap dan prilaku maupun dalam bentuk upacara dan upakaranya.

Baca juga:  Duda Timur akan Kembalikan Putung Jadi Obyek Andalan Karangasem

Untuk di desa adat, di Pura Puseh, Bale Agung lan Dalem menghaturkan pejati 1 soroh, sorohan 1 soroh, Prascita, Biukaon, Durmangala masing-masing 1 soroh.

Di masing-masing rumah tangga, Sanggah Merajan (Kemulan) menghaturkan Sesayut Pengambeyan 1 soroh, dan Prascita, Durmangala masing-masing 1 soroh. Banten Pangenteg Hyang (pejati 1 soroh, sorwan tumpeng pitu 1 soroh, sayut pangambeyan). Di Natar Merajan lan Natar Paumahan menghaturkan Segehan cacah 11 tanding.

Di Pemesu/Lebuh (Pintu masuk pekarangan) Nanceb Sanggah cucuk ring tengen pemesu, mepelawa don kayu tulak, munggah banten tumpeng selem adanaan, mesate calon, urab bang-urab putih, rakania, jaja gina, biyu kayu melablab, tuak asujang, sambat ; Ida Sang Hyang Motha. Di Sor sanggah cucuk segehan 9 tanding, meulam jejeron bawi matah – lebeng, getih atakir, sambat ; Sang Bhuta Ngadang Semaya Pati.

Untuk tata cara pelaksanaannya, Ida Pedanda menjelaskan perwakilan dari Majelis Madya Desa Adat dari masing-masing Kabupaten/kota se- Bali melaksanakan persembahyangan bersama dan nunas tirtha Bumi Sudha bertempat di Pura Segara Watuklotok Klungkung pukul 11.30 WITA dengan membawa banten pejati lengkap dengan membawa genah tirtha. Selanjutnya, dibagikan kepada seluruh desa adat yang ada di wilayahnya masing-masing.

Baca juga:  Duel Pemuda Berujung Nyaris Bentrok Antar Kelompok Warga

Setelah tiba di tempat masing-masing, tirtha dimaksud dipendak dengan segehan kemudian dilinggihkan di Pura Kahyangan Desa. Untuk mencukupi kebutuhan semua umat di wilayah itu, tirtha dapat ditambahkan air bersih secukupnya.

Kemudian, masing-masing umat Hindu mohon tirtha bumi sudha tersebut, dengan sarana canang sari (maturan saka sidan), untuk dipercikan di sanggah merajan, pekarangan rumah dan semua anggota keluarga termasuk binatang peliharaan dan tanaman yang ada di pekarangan.

Setelah selesai menghaturkan banten seperti tersebut di atas di masing-masing rumah tangga (dari merajan sampai pemesu pekarangan) selanjutnya anggota keluarga melukat kemudian sembahyang, setelah itu dilanjutkan dengan natab banten Pengenteg Hyang seperti tersebut di atas nunas Pengenteg Bayu mesesapuh wighna. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN