Prof. IB Raka Suardana. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M

Tahun 2024 menjadi salah satu tahun yang penuh dinamika bagi pariwisata Bali. Setelah bertahun-tahun berjuang bangkit dari dampak pandemi, pariwisata Bali berhasil menunjukkan pemulihan yang signifikan.

Keberhasilan ini tidak hanya tercermin dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan tetapi juga dari berbagai inovasi dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor ini. Sepanjang tahun ini, Bali mencatat kunjungan wisatawan mancanegara yang mencapai angka 6,5 juta orang, mendekati catatan tertinggi sebelum pandemi.

Pasar wisatawan tradisional seperti Australia, Eropa, dan Asia tetap menjadi kontributor utama, sementara pasar baru dari Timur Tengah dan Amerika Latin mulai memberikan sumbangan yang cukup signifikan. Pariwisata berbasis keberlanjutan menjadi sorotan penting di tahun 2024.

Pemerintah Provinsi Bali memperkenalkan sejumlah kebijakan ramah
lingkungan, termasuk pengelolaan limbah yang lebih baik di destinasi wisata utama dan peningkatan regulasi terkait pembangunan fasilitas
wisata yang berbasis lingkungan. Di sisi lain, sejumlah desa wisata menunjukkan peningkatan kualitas layanan dengan mengedepankan nilai-nilai budaya lokal.

Baca juga:  Ayo Bangkit Baliku!

Desa-desa ini menjadi magnet baru bagi wisatawan yang mencari pengalaman autentik di tengah modernisasi. Namun, perjalanan tahun 2024 tidak lepas dari tantangan. Ketidakpastian ekonomi global,
termasuk inflasi yang masih tinggi di berbagai negara, memengaruhi daya beli wisatawan internasional.

Konflik geopolitik di beberapa wilayah dunia juga memberikan dampak pada pola perjalanan wisatawan, terutama dari negara-negara yang terdampak langsung. Selain itu, persaingan antardestinasi wisata di kawasan Asia-Pasifik semakin ketat, dengan negara-negara seperti Vietnam dan Filipina yang menawarkan berbagai alternatif menarik.

Bali juga menghadapi tantangan internal berupa overkapasitas di beberapa destinasi populer. Lonjakan jumlah wisatawan di kawasan
seperti Canggu dan Ubud menimbulkan kekhawatiran akan tekanan terhadap lingkungan dan infrastruktur.

Pemerintah daerah terus berupaya mencari solusi melalui diversifikasi destinasi, mendorong wisatawan untuk menjelajahi wilayah-wilayah lain di Bali yang belum terlalu ramai  amun memiliki potensi besar.
Menatap tahun 2025, pariwisata Bali dihadapkan pada peluang besar untuk semakin memperkuat posisinya di kancah internasional.

Salah satu agenda utama adalah penyelesaian pengembangan infrastruktur utama seperti Bandara Internasional Ngurah Rai
yang tengah meningkatkan kapasitas dan kualitas layanannya. Bandara ini diharapkan menjadi pintu gerbang yang lebih modern untuk menyambut wisatawan global.

Baca juga:  Menghadapi Badai Krisis

Peluang lainnya adalah semakin meningkatnya minat wisatawan
pada pariwisata berbasis budaya dan spiritual. Bali dengan kekayaan adat dan tradisinya menjadi destinasi favorit bagi mereka yang mencari ketenangan dan pengalaman otentik. Desa wisata dan aktivitas berbasis budaya diprediksi akan terus berkembang, memberikan manfaat tidak hanya bagi wisatawan tetapi juga bagi masyarakat lokal yang terlibat langsung.

Namun, tantangan di tahun 2025 tidak akan mudah. Ketegangan geopolitik yang berlanjut di beberapa kawasan dunia diperkirakan masih akan memberikan dampak pada pola perjalanan wisatawan. Selain itu, perubahan iklim menjadi ancaman nyata yang harus dihadapi dengan serius.

Kerusakan lingkungan akibat aktivitas pariwisata harus diminimalkan melalui kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Di sisi lain, adopsi teknologi menjadi harapan besar untuk meningkatkan daya saing pariwisata Bali. Transformasi digital dalam layanan wisata, seperti penggunaan platform online untuk pemesanan
dan promosi, dapat menjadi solusi untuk menjangkau lebih banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Baca juga:  Bali dan Cipta Kerja

Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk mendukung pengelolaan destinasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan semangat optimisme, pariwisata Bali di tahun 2025 diharapkan mampu terus berkembang dan menjadi pilar utama ekonomi daerah.

Kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak akan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Bali tetap memiliki daya tarik luar biasa, bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keragaman budaya dan keramahan penduduknya.

Tahun 2024 ditutup dengan rasa syukur atas pencapaian yang diraih, namun juga dengan kesadaran akan pekerjaan rumah yang masih banyak. Pariwisata Bali bukan hanya soal angka dan kunjungan, tetapi juga soal bagaimana menjaga keseimbangan antara pertumbuhan
ekonomi, pelestarian lingkungan, dan keberlanjutan budaya. Dengan strategi yang tepat, Bali siap menyambut masa depan yang lebih cerah di tengah segala tantangan global.

Penulis, Dekan Fak. Ekonomi & Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar

BAGIKAN