DENPASAR, BALIPOST.com – Pilkada serentak telah melahirkan pemimpin Bali lima tahun ke depan. Bali Era Baru jilid dua akan bergulir lagi. Bali Era Baru dengan visi misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali dicanangkan Gubernur Koster dan Wagub Cok Ace, setelah dilantik 5 September 2018 lalu.
Kini 8 dari sembilan kabupaten/kota di Bali, bupati/wali kotanya satu visi politik. Karangasem yang kini di luar ‘’kuasa’’ PDI Perjuangan pun diharapkan bergerak sejalan menjaga Bali dengan keberpihakan terhadap budaya.
Ke depan, banyak kalangan telah memprediksi tantangan Bali dalam membangun harmoni pembangunan dengan pendekatan politik diyakini makin berat. Heterogenitas, beragamnya kepentingan baik itu berkedok ekonomi, keyakinan dan investasi berpotensi menimbulkan gesekan. Namun, hal ini haruslah diurai dengan kepemimpinan yang elegan.
Setidaknya, Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana, S.Sn., M.Sn., berpandangan bahwa pembangunan Bali lima tahun kepemimpinan Wayan Koster telah berhasil menancapkan pondasi penguatan dan pemajuan Bali secara niskala-sekala. Penguatan terhadap kemuliaan Bali sebagai ruang kebudayaan yang harmonis dengan kelestarian alam dan kesejahteraan krama (masyarakat) Bali.
Bagi penghayat dan pelestari kebudayaan Bali, kata Rektor ISI ini, dapat merasakan bagaimana Bali Era Baru era Koster bergerak mengawal budaya Bali. ‘’Koster mengusung pembertahanan budaya sakral sekaligus juga membangun ruang-ruang apresiasi inovasi baru,’’ ujarnya.
Ia pun mencontohkan Festival Bali Jani, dan juga rancangan pembangunan Pusat Kebudayaan Bali adalah bentuk totalitas kepekaan politisi terhadap pewarisan, pelestarian budaya Bali.
“Kun” Adnyana mengakui seluruh pondasi tatanan pembangunan telah diwujudnyatakan, dari perangkat regulasi, penguatan kelembagaan desa adat, beragam program pemajuan Kebudayaan, pemberlakuan tata-titi kehidupan berdasar kearifan lokal Sad Kerthi, dan pembangunan sarana-prasarana monumental, seperti pembangunan gedung parkir dan sarana penunjang kawasan suci Pura Agung Besakih, Pusat Kebudayaan Bali, Turyapada Tower KBS 6.0, dan Shortcut Singaraja-Mengwi.
Untuk itu, ia berharap komunikasi dan kerja sama lintas kabupaten sangat diperlukan untuk memastikan kebijakan ini membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Ia berharap konsep kepemimpinan yang peka terhadap budaya Bali hendaknya jadi roh Bali Era Baru jilid II.
Kemampuan menggerakkan potensi dan merangkul semua elemen di Bali juga hendaknya menjadi identitas gotong royong menjaga Bali. Prof. Kun yakin Koster-Giri akan mengisi masa pemerintahannya dengan kebijakan yang bermanfaat bagi keberlanjutan Bali dengan aksen budayanya. (Ketut Winata/balipost)