DENPASAR, BALIPOST.com – Transportasi publik di Bali bisa dibilang kurang berkembang. Berbagai moda yang tersedia untuk masyarakat dan wisatawan masih terbilang terbatas.
Bahkan per 1 Januari 2025, moda transportasi publik di Bali makin berkurang dengan dihentikannya pengoperasian Bus Trans Metro Dewata.
Sedikit kilas balik, dilansir dari berbagai sumber, ini sejumlah angkutan umum dan rencana ke depan Bali yang akan mengembangkan transportasi publik terintegrasi lewat proyek Bali Subway.
1. Bemo Roda Tiga
Bemo, singkatan dari “becak motor”, adalah kendaraan roda tiga yang pernah menjadi ikon transportasi di Bali, terutama Denpasar. Mulai beroperasi di Denpasar pada pertengahan tahun 60-an, Bemo menjadi moda transportasi populer bagi masyarakat Bali.
Dibandingkan dengan becak tradisional, kendaraan ini dapat menjangkau jalan-jalan yang lebih sempit.
Kehadiran bemo mendorong pemerintah Kota Denpasar untuk membenahi infrastruktur jalan. Jalan-jalan yang dibangun secara pesat menghubungkan Denpasar ke daerah seperti Sanur, Kuta, Gianyar, Tabanan, dan Singaraja.
Pada tahun 1979, ada 175 kilometer jalan kabupaten yang menghubungkan Denpasar dengan Badung, Tabanan, dan Gianyar, dan 75 kilometer jalan provinsi.
Namun, pada tahun 1990-an, popularitas bemo mulai menurun sebab akibat dari peningkatan kendaraan pribadi dan munculnya metode transportasi umum yang lebih canggih.
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 1992 dan PP No. 41 Tahun 1993 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pemerintah mulai melarang kendaraan bermotor roda tiga ini pada tahun 1992.
2. Angkot
Angkutan kota (angkot) di Bali, khususnya di Kota Denpasar, pernah menjadi andalan bagi warga untuk melakukan perjalanan. Masa kejayaannya hampir sama dengan tahun kejayaan Bemo.
Namun, seiring berjalannya waktu dan makin banyaknya kendaraan pribadi, jumlah angkot makin menyusut. Hal ini juga tak lepas dari adanya pembatasan usia kendaraan.
Angkot yang boleh beroperasi di Bali maksimal berumur 25 tahun, sesuai dengan Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2016. Pada 2023, jumlah angkot di Denpasar hanya tersisa 2 unit. Angkot yang sudah tidak diperpanjang izin trayeknya, sebagian masih bisa digunakan untuk mangkal di terminal.
4. Bus Sarbagita
Trans Sarbagita adalah sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang beroperasi di wilayah metropolitan Denpasar, termasuk Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar. Kendaraan ini pertama kali diluncurkan pada 18 Agustus 2011.
Trans Sarbagita dibangun untuk membangun kembali sistem transportasi publik Bali. Pada tahun 2014, ada 25 bus yang melayani sekitar 5.000 orang per hari.
Ada dua rute utama yang dilayani, yaitu Batubulan-Nusa Dua dan Denpasar Kota-Garuda Wisnu Kencana. Dewasa membayar Rp3.500, sedangkan pelajar membayar Rp2.500.
5. Trans Metro Dewata
Diluncurkan pada tanggal 7 September 2020, Trans Metro Dewata adalah sistem Bus Rapid Transit (BRT) di Bali. Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Program ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum massal di Bali.
Trans Metro Dewata melengkapi layanan bus Trans Sarbagita yang telah beroperasi sebelumnya sejak 2011.
Pada awal operasional, Trans Metro Dewata melayani empat koridor utama yang menghubungkan berbagai daerah penting di Bali, seperti Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. Jumlah total bus yang dioperasikan mencapai 105 unit.
Namun, sejak 1 Januari 2025, operasional Trans Metro Dewata dihentikan karena ketiadaan anggaran untuk biaya operasional. Hal ini berdampak pada sekitar 1.000 orang, termasuk pengemudi dan karyawan yang terlibat dalam operasional bus yang bisa mengalami kerugian.
6. Bali Subway
Saat ini, pemerintah berencana untuk membangun sistem transportasi massal modern seperti Bali Urban Subway atau Moda Raya Terpadu (MRT) Bali untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas transportasi publik.
Dengan menggandeng China Railway Construction Corporation (CRCC), proyek ini dimulai pada September 2024. Investasi pada dua jalur pertama sebesar US$10,8 miliar, sedangkan investasi total pada empat jalur sebesar US$20 miliar.
Diperkirakan pada tahun 2031, dua jalur akan beroperasi, satu yang akan menghubungkan Bandara Internasional Ngurah Rai ke Cemagi dan yang kedua akan menghubungkan Bandara Ngurah Rai ke Nusa Dua.
Secara umum, transportasi publik Bali sedang mengalami pergeseran dari yang tradisional ke yang lebih modern dan terintegrasi.
Dukungan dan komitmen dari pemerintah daerah serta partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan sistem transportasi publik yang efektif dan berkelanjutan di Pulau Dewata. (Dimas Bayu Erlangga/balipost)