hamil
Ilustrasi. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Pemerintah Kabupaten Tabanan terus berupaya dalam penanganan kasus HIV. Dengan dukungan 20 puskesmas yang mampu melakukan screening, kini enam diantaranya telah menyediakan layanan perawatan, dukungan, dan pengobatan (PDP) bagi pasien HIV. Layanan ini mencakup akses terapi antiretroviral (ARV) yang sebelumnya hanya tersedia di RSUD Tabanan.

Puskesmas Tabanan 3 menjadi salah satu pionir layanan PDP yang telah beroperasi sejak Februari 2024. Hingga kini, sebanyak 20 pasien HIV telah mendapatkan layanan di sini. “Pasien yang datang ada yang langsung ke puskesmas, ada juga yang dirujuk dari RSUD Tabanan atau puskesmas lain,” ujar Ns. Gusti Ayu Kadek Dewi Mahayani, penanggung jawab kasus HIV di Puskesmas Tabanan 3.

Baca juga:  Provinsi Bali Raih Piagam Penghargaan Terbaik I Capaian Program HIV/ AIDS dan PIMS 2022

Layanan PDP di Puskesmas Tabanan 3 dirancang agar mudah diakses, dengan lokasi yang strategis di bagian depan puskesmas. Pendekatan ini diambil untuk mengurangi stigma yang sering melekat pada pasien HIV.

“Kami ingin menunjukkan bahwa pasien HIV adalah pasien biasa yang tidak perlu didiskriminasi. Selain itu, ini juga untuk memberi tahu masyarakat bahwa layanan PDP sudah tersedia di sini,” jelas Dewi.

Pasien yang datang ke layanan PDP menjalani proses pemeriksaan yang serupa dengan pasien lainnya, dimulai dari pendaftaran hingga pemeriksaan lanjutan sesuai hasil screening. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan faktor risiko, seperti riwayat seks berisiko atau gejala HIV, pasien akan dirujuk untuk tes lebih lanjut di layanan PDP.

Baca juga:  Meski Indikator Asesmen Diubah, Level PPKM Bali Masih Sama

Untuk pasien yang positif HIV, terapi ARV diberikan secara bertahap. “Awalnya pasien diberikan obat untuk dua minggu guna melihat respons tubuh. Jika responsnya baik, resep akan diperpanjang menjadi sebulan,” kata Dewi.

Namun, tantangan masih ada. Banyak pasien yang merasa takut stigma, terutama dari keluarga atau kerabat dekat. Beberapa bahkan meminta bantuan petugas untuk mengambil obat agar identitas mereka tidak diketahui.

Baca juga:  Bus Rombongan Pengantin Terperosok ke Got, Dua Terluka

Dewi menegaskan pentingnya pemahaman masyarakat terkait HIV. Ia berharap tidak ada lagi diskriminasi terhadap pasien HIV. “HIV tidak mudah menular. Jika pasien rutin minum obat dan virusnya tidak terdeteksi, risiko penularan sangat kecil,” ujarnya.

Penanganan yang komprehensif dan edukasi berkelanjutan diharapkan dapat memperbaiki persepsi masyarakat terhadap HIV. Hal ini sekaligus memastikan pasien mendapatkan pengobatan yang mereka butuhkan tanpa rasa takut atau malu. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN