DENPASAR, BALIPOST.com – Human metapneumovirus (HMPV) yang merebak di China, menjadi ancaman baru bagi lalu lintas manusia dari dan ke luar negeri, terutama lalu lintas pariwisata. Maka dari itu, virus yang menyerang pernafasan ini perlu diwaspadai karena dapat mengganggu perekonomian Bali yang bergantung dari lalu lintas manusia.
Akademisi dari Undiknas Prof. IB. Raka Suardana, S.E., M.M., Minggu (5/1) mengatakan, perekonomian Bali menghadapi beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah wabah penyakit mirip flu yang mulai merebak di China pada awal 2025.
Meskipun belum jelas penyakit ini akan berkembang menjadi epidemi global, kekhawatiran terhadap dampaknya terutama pariwisata dan perdagangan internasional masih menjadi perhatian.
China merupakan salah satu negara dengan jumlah wisatawan terbesar ke Bali, sehingga potensi penurunan kunjungan wisatawan dari negara tersebut bisa mempengaruhi perekonomian Bali dalam jangka pendek. Di sisi lain, inflasi global dan fluktuasi harga bahan baku juga menjadi faktor yang perlu diwaspadai.
Secara keseluruhan, meskipun ada potensi gangguan dari wabah penyakit dan tantangan ekonomi lainnya, proyeksi perekonomian Bali pada triwulan I 2025 tetap menunjukkan harapan yang optimis. Pemulihan sektor pariwisata, penguatan UMKM, serta keberlanjutan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya akan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan yang ada.
Perekonomian Bali pada Triwulan I 2025 diperkirakan akan mengalami fase pemulihan yang cukup signifikan. Berdasarkan data empiris, sektor-sektor utama yang menjadi pilar ekonomi Bali, seperti pariwisata, pertanian, dan industri kreatif, diprediksi akan terus menunjukkan angka pertumbuhan yang positif.
Sektor pariwisata yang menyumbang kontribusi terbesar terhadap PDB Bali, diperkirakan akan tetap menggeliat pada awal 2025. Setelah masa pandemi COVID-19, Bali telah berhasil menarik kembali wisatawan domestik dan internasional. Proyeksi dari BI dan lembaga riset lainnya menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan asing ke Bali akan meningkat, terutama dengan dibukanya lebih banyak penerbangan internasional.
Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga Triwulan I 2025, meskipun faktor cuaca dapat memengaruhi tingkat kunjungan. Hotel, restoran, dan sektor jasa lainnya di Bali diharapkan merasakan dampak positif dari lonjakan jumlah wisatawan. Selain pariwisata, sektor pertanian dan industri kreatif Bali juga diperkirakan akan ikut tumbuh.
Produk lokal Bali, baik kerajinan tangan maupun hasil pertanian, semakin diminati oleh pasar domestik dan internasional. Hal ini sejalan dengan upaya pemda dalam mengembangkan UMKM dan mengarah pada ekonomi digital. Inisiatif-inisiatif itu diperkirakan akan mendorong permintaan produk-produk lokal dan meningkatkan pendapatan masyarakat Bali. (Citta Maya/Balipost)