Masyarakat Desa Adat Batur mempersiapkan upacara palebon Palinggih Dane Jero Gede Batur Kawanan (Alitan). (BP/Ist)

BANGLI, BALIPOST.com – Pura Ulun Danu Batur ditutup sementara untuk umum. Penutupan ini dilakukan karena Desa Adat Batur sedang cuntaka desa setelah berpulangnya Pamucuk Pura Ulun Danu Batur, Palinggih Dane Jero Gede Batur Kawanan (Alitan) pada Senin (6/1).

Jero Penyarikan Duuran Batur menyampaikan pasca meninggalnya Palinggih Dane Jero Gede Batur Kawanan (Alitan), Desa Adat Batur kini cuntaka desa. Segala pelaksanaan yadnya tidak berjalan sampai upacara pelebon selesai dilaksanakan.

“Kami memohon permakluman kepada seluruh umat Hindu, masyarakat Bali secara luas apabila ada keinginan bersembahyang ke Pura Ulun Danu Batur dan Pura-Pura Pengideran Ida Bhatari sementara waktu kami tidak layani dan Pura ditutup untuk sementara karena cuntaka desa. Apabila ada pelaksanaan upacara di desa masing-masing, bisa ngayeng Tirta Ida Bhatari melalui pura khayangan desa atau merajan soang-soang,” kata Jero Penyarikan Duuran Batur, Selasa (7/1).

Baca juga:  Arak Dilegalkan, Tak Usah Lagi "Kucing-kucingan" dengan Petugas

Penutupan sementara Pura Ulun Danu Batur dan Pura Pengideran Ida Bhatari akan dilakukan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut, setelah upacara pelebon Palinggih Dane Jero Gede Batur Kawanan (Alitan) berakhir.

Disampaikan juga bahwa saat ini segala piranti untuk pelaksanaan upacara pelebon Palinggih Dane Jero Gede Batur Alitan sudah mulai dipersiapkan. Upacara palebon dijadwalkan dilaksanakan 24 Januari 2025. Sesuai dresta yang diwarisi masyarakat Desa Adat Batur, upacara palebon Jero Gede Batur Alitan akan menggunakan sarana Bade tumpang 9 dengan pengesengan be kaang (ikan).

Baca juga:  Puncak Ngusaba di Pura Ulun Danu Batur, Ribuan Pemedek Ikuti Prosesi Mapepada Agung

Dijelaskan bahwa Jero Gede Batur mekalihan (Jero gede Batur Kawanan (Alitan) dan Jero Gede Batur Kanginan (Duuran) ) adalah representasi dalem yang secara gelar disebut sebagai dalem sesangglingan yang merupakan wakil dalem di kawasan pegunungan.

“Dalam purana dijelaskan apabila Jero Gede Batur Alitan lebar, kepatutannya menggunakan Bade tumpang 9 dengan petulangan/pengesengan kaang (ikan). Sedangkan kalau Jero Gede Batur Duuran menggunakan Bade tumpang 11 dengan petulangan berupa lembu putih,” jelasnya.

Mengingat pelaksanaan upacara pelebon ini sangat jarang dilaksanakan, Jero Penyarikan Duuran Batur mengatakan pihaknya juga perlu mencari referensi sehingga pelaksanaan upacara bisa berjalan sebagaimana mestinya. Terakhir upacara palebon di Batur yang ditujukan untuk Jero Gede Batur Duuran dilaksanakan sekitar tahun 60-an. Sedangkan palebon di Batur yang ditujukan untuk Jero Gede Batur Alitan terakhir dilaksanakan sekitar tahun 1957 atau 1958.

Baca juga:  Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur Juga Dipersingkat, Ini yang Ditiadakan

“Sehingga dengan limit waktu tersebut kami tidak punya catatan terhadap pelaksanaan itu. Hanya beberapa catatan kecil yang misalnya ada dalam Raja Purana terkait Bade dan petulangan yang digunakan. Secara teknis memang kami belum temukan sehingga kami lakukan koordinasi-koordinasi mendalam ke beberapa grya dan puri terkait hal itu,” kata Jero Penyarikan Duuran Batur. (Dayu Swasrina/Balipost)

BAGIKAN