DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun 2024 menjadi simbol kebangkitan pariwisata Bali pasca pandemi. Dengan total kunjungan 6.373.617 wisatawan mancanegara (wisman), jumlah ini akhirnya melampaui angka sebelum pandemi pada 2019 yang tercatat 6.275.210 kunjungan. Tata kelola pariwisata berkualitas bagi Bali harus memberikan manfaat langsung bagi masyarakat Bali dan menghormati budaya Bali.
Dari total kunjungan wisman tahun 2024 sebanyak 6.373.617, sebesar 52 persennya dibawa oleh anggota Asita Bali. Ke depan, Asita Bali mendorong tatakelola pariwisata berkualitas di pemerintahan baru. Hal itu diungkapkan Sekretaris Asita Bali Nyoman Subrata.
Dia mengatakan untuk memperkuat wisatawan offline yang dibawa Asita pihaknya mengikuti event internasional dan berkolaborasi dengan stakeholder lain membuat BBTF. “Ini akan menjadi salah satu pemicu wisatawan akan banyak ke Bali dan luar Bali (Bali and beyond),” ujarnya.
Subrata menambahkan di luar negeri pihaknya berkolaborasi dengan Kemenpar dan Dinas mengikuti event, tujuannya agar wisatawan banyak datang yang berkualitas. Dengan kondisi 2025 ia yakin kondisi pariwisata akan menjadi lebih baik dan target lebih besar.
Ketua BTB IB Agung Partha Adnyana, Selasa (7/1) usai perayaan HUT ke-54 Asita mengatakan, tahun 2024 menjadi simbol kebangkitan pariwisata Bali pascapandemi. Dengan total kunjungan 6.373.617 wisatawan mancanegara (wisman), jumlah ini akhirnya melampaui angka sebelum pandemi pada 2019 yang tercatat 6.275.210 kunjungan. Sementara itu, wisatawan domestik (wisnus) mencapai 9.609.841 kunjungan, sedikit menurun dibandingkan tahun 2023 sebanyak 9.877.911 dan di 2019 sebanyak 10.545.039 orang.
Wisman Australia tetap menjadi kontributor terbesar dengan jumlah 1.411.885 kunjungan pada 2024, diikuti oleh India dan Tiongkok. Wisatawan domestik menunjukkan antusiasme tinggi selama periode liburan, terutama pada bulan April yang mencatat 1,124,781 kunjungan. Juli juga menjadi puncak dengan lonjakan kunjungan di kedua segmen, menegaskan daya tarik Bali sebagai destinasi utama liburan keluarga dan musim panas.
Meski demikian, masih ada tantangan yang harus dihadapi Bali, terutama fluktuasi ekonomi global yang memengaruhi daya beli wisatawan internasional. Memasuki 2025, Bali menargetkan angka kunjungan 6,5 juta wisman dengan fokus pada wisatawan berkualitas, menghormati budaya lokal, menjaga kelestarian lingkungan, dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat Bali.
“Tapi ke depan menghadapi krisis ekonomi di Eropa, diharapkan target 6,5 juta wisman bisa tercapai dengan wisatawan berkualitas, menghormati budaya lokal,” ujarnya.
Strategi utama yang perlu diadopsi adalah diversifikasi destinasi wisata, promosi pengalaman autentik berbasis komunitas, dan pengembangan infrastruktur pariwisata berkelanjutan. Pemerintah juga dapat memperkuat kolaborasi dengan sektor swasta dan komunitas global untuk meningkatkan layanan dan kemudahan akses bagi wisatawan.
Dengan tren pariwisata global yang menekankan keberlanjutan dan personalisasi, Bali memiliki potensi besar untuk mempertahankan posisinya sebagai destinasi unggulan dunia. Menghadirkan pengalaman yang berkesan dan bertanggung jawab bagi wisatawan akan menjadi pondasi penting agar pariwisata Bali tidak hanya pulih tetapi semakin kuat dan bermanfaat bagi seluruh elemen masyarakat.
Ketua Asita Bali Putu Winastra mengatakan, optimis 2025 lebih baik karena 2025 tidak ada perhelatan politik sehingga kondisi di dalam negeri lebih kondusif. Dengan kepemimpinan baru, ia mendorong tata kelola pariwisata melalui aturan aturan yang dinilai perlu dievaluasi sehingga memberikan dampak positif bagi semua pihak terutama masyarakat.
“Meski di Eropa terjadi krisis, namun traveler yang bepergian ke luar negeri adalah menegah ke atas dan selama konektivitas bagus kami yakin mereka akan datang bahkan teman Asita yang biasa menghandle tamu Eropa, polanya reservasi mereka sudah dimulai Januari-Maret Maret untuk liburan Juli, Agustus dan seterusnya,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)