DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus Demam Berdarah di Bali mengalami peningkatan. Angka kasus 2024 mencapai dua kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun 2023.
Tak hanya masyarakat lokal, sejumlah WNA juga terjangkit penyakit yang ditandai penurunan trombosit ini. Meski RS Ngoerah merupakan rumah sakit umum pusat, namun Kabag Humas RS Ngoerah Dewa Ketut Kresna, Senin (13/1) menyebut ada 10-20 pasien per bulan yang masuk ke RS.
Dari sekian pasien yang masuk, 15 diantaranya merupakan pasien JKN dan hanya 5 pasien umum. Selain itu 3 WNA juga menjadi pasien DBD yang ditangani RS Ngoerah. “Penanganan tergantung kondisi pasien dan sesuai guidline WHO,” ujarnya.
Pasien DBD yang masuk pun merupakan pasien dalam kondisi dengue dengan warning sign yaitu dengue syok syndrome (DSS). DSS adalah komplikasi serius dari demam berdarah (DBD) yang dapat mengancam jiwa. DSS terjadi ketika aliran darah ke jaringan tubuh menurun, sehingga menyebabkan kekurangan oksigen (hipoksia).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali kasus demam berdarah akibat gigitan nyamuk aedes aegypti sepanjang 2024 sebanyak 15.179 kasus dengan 25 orang meninggal dunia.
Jika diurutkan, kasus demam berdarah tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan 3.339 kasus dan berangsur menurun hingga Desember.
Kabupaten dengan kasus tertinggi sepanjang tahun adalah Gianyar dengan 4.453 kasus dan terendah Jembrana dengan 323 kasus.
Sedangkan untuk kasus meninggal dunia sembilan orang di Denpasar, lima orang di Gianyar, empat orang Tabanan, tiga Klungkung, dua Karangasem, satu Badung, dan satu Bangli. (Citta Maya/balipost)