Kegiatan fogging massal yang dilakukan Denpasar merupakan salah satu upaya menekan kasus DBD merebak di masyarakat. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bali sepanjang tahun 2024 (hingga 15 Desember) mencapai 15.179 kasus. Bahkan, 25 orang di antaranya meninggal dunia. Kasus ini pun terus berlanjut di Januari 2025 ini.

Untuk mengantisipasi peningkatan kasusnya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, I Gede Anom telah menginstruksikan kepada dinkes kabupaten/kota untuk melakukan upaya pencegahan penyebaran DBD. Apalagi, saat ini Bali memasuki musim hujan.

Upaya tersebut dengan melaksanakan upaya mencegah penyebaran DBD antara lain dengan penggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M Plus yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang yang memiliki potensi tempat berkembangbiaknya nyamuk.

Anom mengajak masyarakat untuk turut berperan mengoptimalkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) dengan menunjuk Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap rumah. Hal tersebut upaya memastikan tidak ada jentik di rumah.

Baca juga:  Di Karangasem, Satu Warga Meninggal Terjangkit DBD

Di samping juga melakukan penyuluhan kepada masyarakat secara terus menerus melalui penyuluhan langsung. Penyuluhan difokuskan kepada pencegahan dan pengenalan tanda-tanda bahaya dengue. Sehingga, tidak terjadi keterlambatan dalam merujuk pasien sejak dari lingkungan masyarakat.

Selain itu, Anom juga meminta kabupaten/kota melakukan respons cepat terhadap laporan kasus dengue. Fasilitas kesehatan yang melayani dan merawat pasien DBD wajib dalam tiga jam melaporkan kepada Dinas Kesehatan agar segera dilakukan tindakan penyelidikan epidemiologi dalam 1×24 jam.

Dia juga menyampaikan agar terus melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian DBD secara efektif dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD. “Diharapkan partisipasi aktif dari masyarakat serta dukungan semua pihak dalam upaya ini dapat melaksanakan pengendalian penyebaran DBD di wilayah masing-masing,” ujar Anom.

Baca juga:  Buleleng Endemis DB, Warga Diingatkan Prilaku Hidup Sehat dan PSN

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Bali, kasus DBD tertinggi terjadi pada Mei sebanyak 3.339 kasus dan 8 orang meninggal dunia. Dari data Januari, Februari, Maret dan April, kasusnya terus mengalami peningkatan. Januari 709 kasus, Februari 908 kasus dan 1 orang meninggal, Maret 1.659 kasus dan 3 orang meninggal, dan April 2.623 kasus dan 6 orang meninggal.

Pada Juni mengalami penurunan menjadi 2.177 kasus dan 2 orang meninggal. Kasus DBD terus turun pada bulan berikutnya. Pada Juli 1.243 kasus dan 1 orang meninggal, Agustus 733 kasus, September 522 kasus, Oktober 463 kasus, November 505 kasus, dan Desember (hingga 15 Desember) 278 kasus.

Baca juga:  Diduga DB, Warga Ambengan Meninggal

Daerah dengan kasus DBD tertinggi yaitu Kabupaten Gianyar dengan 4.453 kasus dan 5 orang meninggal. Disusul Kabupaten Badung dengan 2.309 kasus dan 1 orang meninggal. Kemudian Kabupaten Buleleng dengan 1.821 kasus, Kabupaten Tabanan 1.519 kasus dan 4 orang meninggal, Kota Denpasar 1.260 kasus dan 9 orang meninggal, Kabupaten Klungkung 1.255 kasus dan 3 orang meninggal, Kabupaten Bangli 1.220 kasus dan 1 orang meninggal, Kabupaten Karangasem 1.019 kasus dan 2 orang meninggal, dan Kabupaten Jembrana 323 kasus. (Ketut Winata/balipost)

 

BAGIKAN