SINGARAJA, BALIPOST.com – Desa Adat Buleleng akan melaksanakan Pangerupukan Festival 2025 serangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Baru Çaka 1947 yang jatuh pada Sabtu, 29 Maret 2025.

Kegiatan ini untuk mengobati rasa rindu akan penyaluran kreativitas seni para yowana diDesa Adat Buleleng dan wujud komitmen Desa Adat Buleleng dalam melestarikan adat tradisi Bali yang ada. Untuk itu, pihak Desa Adat Buleleng bersama Kelian Banjar Adat, Prajuru dan yowana melakukan rapat koordinasi terkait hal itu.

Kelian Desa Adat Buleleng, I Nyoman Sutrisna pada Minggu (19/1) menjelaskan dalam rangka merayakan Hari Suci Nyepi Tahun 2025/1947, Desa Adat Buleleng akan menggelar Pangerupukan Festival 2025. “Festival ini menjadi bentuk realisasi janji kepada para yowana di Desa Adat Buleleng, setelah pada Nyepi tahun 2024, pengarakan ogoh-ogoh terpaksa dibatalkan karena bertepatan dengan piodalan dan pesta demokrasi,” katanya.

Baca juga:  Adaptasi, Kunci Keberhasilan Penerapan Sekolah Daring

Untuk tahun ini pihaknya mengadakan lomba ogoh-ogoh dengan branding Pangerupukan Festival. Temanya Nyomya Bhuta Kala Pengerupukan Nyanggra Nawa Warsa 1947, Dharma Dumaranang Desa. Desa Adat Buleleng juga memberikan bantuan dana stimulan sebesar Rp5 juta kepada setiap yowana di banjar adat untuk pembuatan ogoh-ogoh. Bantuan stimulan mulai disalurkan pada Jumat(17/1).

Ogoh-ogoh yang dibuat oleh para yowana harus berbentuk bhuta kala sesuai dengan tema lomba. Total hadiah yang diperebutkan mencapai Rp56 juta, dengan kategori juara 1, 2, dan 3, serta juara harapan 1, 2, dan 3. Festival Pangerupukan ini akan dilaksanakan pada Jumat, 28 Maret 2025, mulai pukul 18.00 Wita. Rutenya dimulai dari depan RSUD Buleleng, melewati tugu Singa Ambara Raja, Catuspata Desa Adat, hingga berakhir di Setra Desa Adat Buleleng.

Baca juga:  Nangun Sat Kerthi Loka Bali Jadi Inspirasi

Untuk memastikan proses penilaian berjalan objektif, pihak penyelenggara berencana menggunakan juri dari luar Desa Adat Buleleng, yang terdiri dari ahli seni, budaya, dan akademisi. Penilaian akan dilakukan di jalan dan di Setra Buleleng, dengan pengawasan juga pada proses pembuatan ogoh-ogoh yang didampingi oleh para juri.

Sutrisna menegaskan festival ini bertujuan sebagai wadah bagi para yowana di 14 banjar adat di Desa Adat Buleleng untuk menunjukkan ide dan kreativitas mereka dalam seni ogoh-ogoh. Dalam pengarakan ogoh-ogoh juga dilarang menggunakan sound sistem. Kreativitas yowana dalam berbudaya harus ditonjolkan pada festival ini. (Nyoman Yudha/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Pande Sosialisasikan Revisi Awig-awig

 

BAGIKAN