Beberapa ekor Penyu yang diamankan Polres Jembrana dari aksi penyelundupan mendapatkan perawatan di kolam perawatan KPP Kurma Asih, Perancak, Minggu (12/1/2025). (BP/Dokumen)

NEGARA, BALIPOST.com – Aksi penyelundupan penyu masih akan terus ada selama permintaan masih ada di Bali. Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah komplotan penyelundup penyu yang dibekuk polisi kembali mengulang aksinya.

Jaringan ini juga melibatkan pelaku dari luar Bali untuk menangkap penyu, khususnya penyu hijau yang banyak ditemukan di perairan Bali dan Jawa.

Penyu hijau sering dipesan dibandingkan penyu lainnya yang juga dilindungi. Penyu jenis ini diburu kepentingan dagingnya atau dikonsumsi. “Kalau penyu hijau, kemungkinan besar adalah untuk dikonsumsi. Berbeda dengan penyu sisik atau penyu lekang yang biasanya diambil kulit atau untuk diawetkan,” ujar aktivis pelestari Penyu, I Wayan Anom Astika Jaya.

Baca juga:  Hujan Lebat Warnai Ngarebong, Hanya Kain Poleng Kesiman "Dipundut"

Bagian daging penyu hijau yang diambil untuk dikonsumsi biasanya di tengah dada, flipper, kepala, serta sebagian tipis di kerapas. Sisanya akan dibuang karena tidak bisa dikonsumsi. Mirisnya, sebagian besar penyu-penyu yang dikonsumsi ini sudah berumur puluhan tahun.

Anom yang juga pengelola Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih menyayangkan masih adanya jaringan penjualan penyu, terlebih dari wilayah Jembrana. Kepentingan ekonomi menjadi pemicu utama, mengabaikan lingkungan terutama kelestarian satwa liar yang dilindungi. Beberapa perintis KPP Kurma Asih di Desa Perancak dulunya juga adalah para nelayan pemburu penyu sehingga mengetahui persis penyu yang diburu. “Kebanyakan untuk dikonsumsi, dulu bahkan terang-terangan sampai sulit mencari penyu, termasuk di pesisir Perancak ini,” kata Anom.

Baca juga:  Tiga Tersangka Penembakan WN Turki Dirilis, Ini Motifnya

Di tahun 1997, para nelayan pemburu penyu itu sadar dan justru berbalik ikut melestarikan penyu melalui penangkaran. Kelompok ini tidak memelihara penyu hingga dewasa, melainkan hanya mengumpulkan telur-telur penyu yang tersebar di pesisir Jembrana, membuat nest hingga menetas menjadi anak penyu (tukik).

Selanjutnya, tukik-tukik itu dilepasliarkan di Pantai Perancak. Butuh waktu hingga 20 sampai 30 tahun sampai penyu-penyu itu siap bertelur. Sejauh manapun penyu menjelajahi lautan, mereka akan kembali ke tempat pertama mereka mengenal laut. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Diduga Ada Korupsi, Kejari Karangasem Geledah BumDes di Sidemen
BAGIKAN