Suasana talkshow terkait arak bali yang digelar di Seminyak, Sabtu (25/1). (BP/kmb)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Hari Arak Bali dirayakan setiap 29 Januari sejak Gubernur Bali I Wayan Koster mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I/HK/2022. Seiring penetapan itu, produksi arak Bali pun bertumbuh pesat. Bahkan, tak hanya industri minuman destilasi lokal saja yang melirik, produsen minuman nasional pun tertarik. Demikian mengemuka dalam talkshow menyambut Hari Arak Bali, Sabtu (25/1) di Seminyak, Badung.

Menurut Jessica Setiawan, Marketing Director Multi Bintang Indonesia, arak Bali mendapatkan perhatian yang cukup besar setelah adanya Hari Arak Bali. Keberadaan minuman beralkohol terfermentasi yang menjadi ciri khas Bali ini pun mulai diterima di masyarakat mancanegara. “Karena lahir dari tradisi yang unik dan merupakan ikon Bali. Arak Bali yang memang sekarang lagi populer,” ujarnya.

Ini juga yang melatarbelakangi pihaknya menghadirkan Bintang Arak Jeruk dan Madu. Dengan penggabungan tradisi dan merayakan status legendaris arak sebagai simbol warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia, pihaknya menghadirkan rasa arak yang khas dicampur kesegaran jeruk dan manisnya madu.

Baca juga:  Diplomasi Arak Bali Gubernur Koster, Millennium Challenge Corporation Janji Fasilitasi Pemasaran Internasional

“Sejarah kita dan hubungan kita dengan Pulau Bali itu sudah lama banget. Kita berupaya untuk mengambil sesuatu dari lokal karena menghargai keberadaan Bali,” ujarnya sambil menyebut Bintang sudah menjadi bir ikonik sejak 1952.

Ia pun paham bahwa sebelum 2022, keberadaan arak Bali kerap menjadi perdebatan dan dikonsumsi terbatas. Namun setelah adanya Hari Arak Bali dan peraturan yang menaungi, minuman destilasi ini menjadi punya payung hukum yang jelas.

“Kalau dulu masih malu-malu. Tapi sekarang ini, bahkan sudah ada Hari Arak Bali. Yang ingin kita bawa adalah rasa dari masyarakat lokal. Sejarah kami dan hubungan kami dengan Pulau Bali itu sudah lama banget,” jelasnya.

Terkait minuman destilasi Bali yang diangkat dan dikolaborasikan dengan pengolahan modern, salah satu seniman Bali, Ida Bagus Ratu Antoni Putra mengakui hal ini bisa menambah kekayaan budaya Bali. Sebab, menurut pria yang akrab disapa Monez ini, pelaksanaan tradisi di masyarakat Bali tak bisa lepas dari minum dan makan bersama yang menciptakan keguyuban dan kebersamaan dalam perbedaan.

Baca juga:  Kasus Bocah Perempuan Dianiaya di Sidakarya, Gelar Perkara Ungkap Kelakuan Sadis Tersangka

Pria yang terkenal sebagai ilustrator ini mengutarakan lewat berbagai kerja sama, diharapkan bisa tumbuh kesadaran bahwa seni dan produk lokal itu bisa berjalan beriringan. “Jadi seni itu bisa membawa dan memperkenalkan produk lokal ke panggung nasional, bahkan internasional,” cetus pria yang berkolaborasi dengan sejumlah jenama nasional maupun internasional ini.

Sementara itu, salah satu pengusaha kuliner yang sudah melegenda karena keberadaan warungnya, Ni Made Masih menuturkan minuman destilasi cukup diminati oleh wisatawan mancanegara. Perempuan yang merupakan pemilik Warung Made ini mengatakan pihaknya pun menyajikan minuman terfermentasi, baik itu yang menggunakan pengolahan secara modern maupun tradisional, termasuk arak Bali. “Kita menyajikan coktail spesial bernama Bima, Bintang Made,” ujarnya.

Baca juga:  Smanab Juara Kedua Smasta Cup XXIV

Sebagai informasi, perayaan ini ditetapkan dalam upaya dan strategi memperkokoh perlindungan dan pemberdayaan arak Bali. Penetapan Hari Arak Bali ini juga untuk mengenang Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali sebagai tonggak perubahan status yang mengangkat keberadaan, nilai, dan harkat arak Bali.

Penetapan Hari Arak Bali ini dilakukan tak lama setelah ditetapkannya arak Bali sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 414/P/2022. Juga diperkenalkannya arak Bali di KTT G20 yang berlangsung di Bali dengan menjadikannya sebagai buah tangan bagi delegasi KTT itu. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN