Prof. Ratminingsih. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Guru dan orangtua adalah dua figur penting dalam kesuksesan pendidikan seorang anak. Tanpa guru, anak tidak akan berkembang kemampuannya secara utuh dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.

Orangtua adalah sosok fundamental khususnya dalam pengembangan karakter (afektif) anak di rumah melalui penanaman nilai-nilai kebaikan. Jadi, guru dan orangtua harus bekerja sama dalam proses keberhasilan pendidikan yang holistik.

Orangtua harus turut serta terlibat dalam proses. Orangtua tidak boleh hanya menyerahkan proses pendidikan sepenuhnya kepada pihak sekolah.

Anak-anak hanya berada di sekolah 6 sampai 7 jam, sisanya lebih banyak di rumah. Itu sebabnya kontribusi orangtua mestinya lebih banyakbdi rumah dalam memperhatikan putra-putrinya.

Namun demikian, seiring dengan modernisasi, orangtua yang semakin maju pendidikannya, sering tidak punya waktu untuk memberikan
perhatian kepada putra-putrinya. Ada berbagai alasan terkait, antara lain tuntutan pekerjaan yang menyita waktu, sehingga kurang mampu
terlibat.

Alasan lain adalah adanya miskonsepsi orangtua yang hanya menyerahkan semua proses pendidikan anak kepada pihak sekolah. Orangtua sering memiliki ekspektasi tinggi terhadap sekolah untuk menyukseskan anak-anak mereka dengan nilai-nilai tinggi dengan mengenyampingkan nilai karakter yang sesungguhnya dibangun di rumah melalui model orangtua.

Baca juga:  Ortu Bayi Laki-laki Dibuang di By-Pass Kusamba Masih Diselidiki

Alasan yang terakhir inilah yang sering memicu terjadinya fenomena guru sering dipersalahkan oleh orangtua ketika sedikit saja anak-anak
mereka berkasus di sekolah. Sebut saja masalah ringan seperti seorang anak SD yang tidak sengaja terkena tendangan bola saat bermain dengan teman-temannya.

Bukannya orangtua mencari tahu lebih dulu kenapa itu terjadi, lalu dengan tenang dan sabar turut serta memecahkan masalah, justru sebaliknya menyalahkan pihak guru, yang ditengarai lalai. Kasus-kasus lebih besar juga banyak, seperti guru yang dilaporkan ke polisi ketika menegur seorang siswa yang sikapnya tidak baik.

Bahkan ada guru yang mengalami kekerasan fisik ketika menegur seorang siswa yang mengganggu teman. Ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian para orangtua zaman now ini.

Pertama, orangtua yang overprotective terhadap anak-anaknya. Bagi orangtua tipe ini, mereka pikir setiap insiden yang menimpa anaknya di sekolah dianggap kelalaian guru, padahal itu kelalaian putra-putrinya. Mereka tampaknya sulit menerima bila anak mereka menjadi penyebab sebuah kejadian.

Baca juga:  Ini, 9 Ciri Anak Sehat

Yang kedua adalah sekolah merupakan lingkungan sosial yang penuh dengan interaksi. Ketika seorang anak bermain dengan teman-temannya, risiko kecil seperti terkena bola adalah hal yang wajar terjadi. Namun, beberapa orangtua gagal memahami bahwa guru tidak dapat mengontrol setiap detik aktivitas setiap siswa.

Guru merupakan perpanjangan tangan orangtua untuk memberikan pendidikan putra-putri mereka, bukan seorang ‘babu’ yang setiap saat
mampu mengurusi 24 s.d 30 anak dalam satu kelas, apalagi ketika sedang bermain. Pun halnya ketika guru memperingatkan atau menegur anak akan aturan dan kedisiplinan, itu merupakan kewajibannya yang terkait dengan pembentukan karakter, bukan lantas guru kemudian dipolisikan seolah guru merupakan seorang penjahat.

Betapa mirisnya nasib seorang guru di jaman yang sudah modern ini.
Orangtua yang sering menyalahkan guru dapat berdampak buruk pada perkembangan anak-anak mereka.

Baca juga:  Salah Pergaulan, Anak Rawan Terjerumus Narkoba

Guru akhirnya akan memilih untuk apatis (alias cuek) atas apa yang terjadi atau dilakukan oleh putra-putrinya. Bila guru sudah dalam kondisi seperti ini, akankah mereka dengan tulus mendidik mereka?

Tentu jawabannya tidak. Orangtua mestinya membangun komunikasi yang baik dengan guru. Orangtua mestinya menghormati guru dan
mengutamakan diskusi daripada mempersalahkan guru tanpa tahu duduk masalahnya. Pihak sekolah perlu secara regular mengundang para orangtua untuk memberikan pemahaman terkait dengan kehidupan sekolah yang melibatkan putra-putrinya.

Pemerintah diharapkan mampu memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan yang melindungi hak guru dalam mendidik. Dengan demikian, orangtua hendaknya bermitra baik dengan guru untuk kepentingan kesuksesan pendidikan. Mereka harus berkolaborasi, berkomunikasi, dan saling menghormati dalam menghadapi dinamika pendidikan di sekolah.

Hubungan yang harmonis antara orangtua dan guru dapat membantu anak meraih sukses dalam pendidikannya dan menjadikan mereka generasi tangguh dan berkarakter.

Penulis, Guru Besar Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

BAGIKAN