Dr. I Made Bagus Andi Purnomo, M.Pd. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Pagerwesi merupakan salah satu hari suci umat Hindu atau “Rerahinan Gumi” yang dirayakan tiap 210 hari. Adapun pagerwesi yang bermakna “pagar dari besi,” adalah hari suci dalam ajaran Hindu yang bertujuan memperkuat benteng spiritual dan intelektual agar manusia tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif.

Perayaan ini, menurut Akademisi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Made Bagus Andi Purnomo, M.Pd., mengingatkan pentingnya ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan kehidupan, termasuk dalam era globalisasi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence –AI).

Baca juga:  Hindari Klaster Upacara Adat, Merajan Dadia Disemprot Disinfektan

Ia mengatakan dalam konteks ilmu pengetahuan dan kemajuan global saat ini, Pagerwesi dapat dimaknai sebagai penguatan kebijaksanaan agar umat Hindu tidak hanya menguasai teknologi dan sains semata, tetapi juga memiliki landasan moral dan etika yang kuat. Dewasa ini, di tengah era disrupsi dan dunia tanpa batas, etika dan moralitas menjadi barang yang “semakin langka” di tengah pergumulan sosial, baik dalam dunia nyata maupun media sosial.

Di era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi, informasi, dan interaksi antarbudaya, kebijaksanaan menjadi elemen penting untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang. Kebijaksanaan tidak hanya berkaitan dengan kecerdasan intelektual, tetapi juga dengan bagaimana seseorang atau suatu masyarakat mampu mengambil keputusan yang tepat, etis, dan berkelanjutan di tengah perubahan global.

Baca juga:  Produktivitas Lahan Sawah Buleleng Alami Penurunan Parah

“Pagerwesi mengajarkan bahwa kebijaksanaan adalah benteng utama agar manusia tetap berada di jalan yang benar (dharma) dalam mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan,” jelas Bagus, Selasa (12/2).

Merujuk ritual keagamaan di Pulau Dewata, salah satunya Pagerwesi, bukan hanya terbatas pada bentuk pemujaan kepada Tuhan tetapi juga mencerminkan kebijaksanaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh para tetua Bali. Kebijaksanaan dalam konteks ini meliputi keseimbangan hidup (rwa binneda), harmoni sosial dan penghormatan terhadap alam yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana.

Baca juga:  SMPN di Buleleng Ini Jadi Sekolah Rujukan Google Pertama di Bali

“Hendaknya, perayaan Pagerwesi tak terbatas pada ramai riuh upacara semata, tetapi lebih mendalam pada aspek kontemplatif ke dalam diri, upaya untuk makin menguatkan solidaritas sosial dan juga pemuliaan alam,” pungkasnya. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN