BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Jehem di Kecamatan Tembuku, telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan sanggah. Keberadaan sentra kerajinan sanggah ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Jehem, tetapi juga melestarikan warisan budaya dan tradisi Bali.
Bendesa Adat Jehem I Ketut Lenju mengatakan kerajinan sanggah telah ditekuni oleh masyarakat sejak tahun 1970-an. Seiring berjalannya waktu, usaha kerajinan sanggah di Jehem terus berkembang. Saat ini, terdapat sekitar 20 usaha kerajinan sanggah di Jehem.
Hasil karya sanggah buatan perajin Jehem diakui memiliki kualitas yang baik dan ciri khas tersendiri, sehingga mudah dikenali sebagai buatan masyarakat Jehem. Ciri khasnya adalah ukurannya yang sesuai pakem bangunan Bali. Jadi kalau yang memang sudah paham, bisa dikenali kalau sanggah itu buatan krama di Jehem.
Sementara dari segi ukiran, diakui tidak ada kekhasan. Lenju mengungkapkan usaha kerajinan sanggah di Jehem terkendala tukang ukir.
Untuk mengerjakan ukiran sanggah, perajin sanggah di Jehem banyak bekerjasama dengan tukang ukir dari daerah lain.
Kalau bahan baku, tidak begitu kendala. Untuk mendapatkan bahan baku kayu cempaka dan nangka dengan ukuran besar, perajin mengambil dari luar Bali.
Desa Adat Jehem selama ini sangat mendukung eksistensi dan perkembangan usaha kerajinan sanggah yang banyak digeluti kramanya.
Bentuk dukungan yang sejauh ini bisa diberikan adalah dengan memberikan bimbingan kepada para perajin agar tetap melestarikan pakem yang menjadi ciri khas sanggah buatan Jehem.
Sedangkan dukungan dalam bentuk permodalan, diakuinya belum bisa diberikan. Namun demikian pria yang baru menjabat bendesa sejak Desember 2024 lalu itu punya rencana membantu permodalan lewat lembaga perkreditan desa yang dimiliki Desa Adat Jehem. (Dayu Swasrina/balipost)