
DENPASAR, BALIPOST.com – Hujan lebat disertai angin kencang akhir-akhir ini berdampak pada robohnya bangunan Arsitektur Tradisional Bali (ATB). Hal ini diduga akibat banyak bangunan yang dikerjakan tergesa-gesa dan tidak mengikuti kaidah arsitektur Bali.
Hal tersebut disampaikan Dosen Arsitektur Universitas Warmadewa (Unwar), Prof. Putu Rumawan Salain. Menurutnya, diduga terjadi kesalahan teknis pengerjaan.
Aturannya, pengerjaan bangunan arsitektur tradisional Bali di samping dikerjakan oleh orang yang tepat. Bangunan juga wajib menggunakan bahan yang telah ditetapkan, contohnya kayu cendana dan cempaka untuk membangun parahyangan, atau material kayu yang telah teruji karena waktu.
Selain itu, lanjut Rumawan Salain, ada dugaan untuk proyek yang dibatasi waktu dan biaya, pengerjaannya tidak sesuai dengan aturan tradisi tapi demi waktu yang sudah ditentukan.
Banyak bangunan yang dibuat dengan bantuan hibah, katanya mencontohkan, dibatasi waktu penyelesaiannya. Belum lagi dugaan adanya penggunaan dana tidak sesuai anggaran karena adanya pemotongan.
Faktor lainnya, menurut Rumawan adalah pemilihan bahan atap. Bahan atap menggunakan genteng misalnya tidak sesuai dengan konstruksi atap bidang lipat yang khas arsitektur tradisional Bali.
Ia menyebutkan, atap bangunan di Bali lebih banyak menggunakan alang-alang atau ijuk.
Secara umum, kata Rumawan Salain, harus diakui cuaca belakangan ini sangatlah ekstrem. Badai siklon mengakibatkan kecepatan angin mencapai 75 km/jam, dari normalnya mencapai 45 km/jam. (Ketut Winata/balipost)