
TABANAN, BALIPOST.com – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Dharma Santhika kembali menghadapi dinamika internal setelah dua petingginya, Putu Anom Artadana dan I Ketut Arjawa, mengundurkan diri masing-masing dari jabatan direktur bisnis dan direktur umum. Untuk mengisi kekosongan tersebut, Pemerintah Kabupaten Tabanan telah membentuk panitia seleksi (pansel) dan membuka pendaftaran calon direktur mulai 5 Februari hingga 19 Februari.
Kepala Bagian Ekonomi Setda Tabanan, Putu Hari Sujana saat dikonfirmasi, Senin (17/2), membenarkan jika ada pendaftaran untuk mengisi kekosongan jabatan di Perumda Dharma Santika. Seleksi ini terbuka bagi publik dengan persyaratan utama yaitu berusia maksimal 55 tahun dan memiliki pendidikan minimal S1. Seleksi melibatkan tim pansel yang terdiri dari unsur perangkat daerah serta akademisi untuk memastikan proses seleksi berjalan objektif dan menghasilkan pemimpin yang profesional serta memahami bisnis Perumda Dharma Santhika.
“Masih terus berproses, saat ini masih tahap pendaftaran. Sudah ada beberapa yang mendaftar hanya jumlahnya belum direkap. Biasanya akhir pendaftaran baru tahu jumlah totalnya,” jelasnya.
Setelah pendaftaran ditutup, tahapan berikutnya adalah uji kelayakan dan kepatutan (UKK), pemaparan visi-misi, serta wawancara. Hari Sujana menyatakan bahwa pencarian direktur baru ini bertujuan untuk membawa Perumda Dharma Santhika ke arah yang lebih baik. “Kami berharap posisi ini diisi oleh sosok yang benar-benar memahami manajemen bisnis sehingga bisa mengatasi tantangan yang selama ini dihadapi perusahaan,” ujarnya.
Perumda Dharma Santhika bukanlah perusahaan baru di Tabanan. Didirikan pada 10 Mei 1971, perusahaan ini awalnya berstatus perusahaan daerah sebelum berubah menjadi perumda berdasarkan Perda Kabupaten Tabanan Nomor 11 Tahun 2019. Perusahaan ini memiliki misi menjembatani pemasaran produk BUMDes dan UMKM Tabanan, namun perjalanannya penuh tantangan. Sejak berdiri, Perumda Dharma Santhika beberapa kali mengalami stagnasi, sempat bangkit pada 2004, kemudian kembali terhenti sebelum akhirnya dihidupkan lagi pada 2017.
Sejumlah faktor disebut sebagai penyebab ketidakstabilan perusahaan, mulai dari kesulitan membangun branding, kelemahan dalam manajemen dan sarana, hingga perekrutan karyawan yang berlebihan. Bahkan, dalam praktiknya, pembelian barang yang tidak sesuai dengan pasar kerap menjadi penyebab kerugian. (Puspawati/balipost)