Olavina Harahap menjelaskan tentang lanskap ekonomi digital di Indonesia. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Indonesia saat ini sedang mengalami pertumbuhan ekonomi digital yang signifikan. Potensinya pun diperkirakan masih tinggi mengingat jumlah masyarakat Indonesia yang belum terjangkau layanan perbankan cukup banyak. Demikian mengemuka dalam bincang terkait lanskap pertumbuhan ekonomi digital, Selasa (18/2) di Renon, Denpasar.

Menurut salah satu pelaku ekonomi digital, Olavina Harahap, mengutip data dari Temasek yang menyelenggarakan survei di Asia Tenggara, penetrasi penggunaan layanan digital Indonesia sudah baik. Ia mengatakan di 2024, sekitar 35 persen pangsa pasar ekonomi internet ASEAN ada di Indonesia. “Gross merchandise value atau GMV Indonesia di 2024 mencapai 90 miliar dolar AS. Bertumbuh double digit di tahun lalu. Proyeksinya di 2030, angkanya mencapai 360 miliar dolar AS,” papar Director of Communications DANA Indonesia.

Baca juga:  Pengamanan KTT G20, Menko Luhut : Tidak Ada Ruang untuk Membuat Kesalahan

Ia menyebutkan ekonomi digital ini mencakup e-commerce, transportasi online, media online, dan layanan finansial. “Ekonomi digital di Indonesia bisa bertumbuh pesat karena penetrasi digital atau internet sudah cukup besar,” ungkapnya.

Berdasarkan data wearesocial di 2024, 353 juta koneksi seluler, padahal penduduk Indonesia ada di angka 281,6 juta orang. Jumlah pengguna internet mencapai 212 juta. “Mungkin 80 persen dari jumlah penduduk Indonesia sudah menggunakan internet. Survei wearesocial menyebutkan rata-rata penggunaan internet orang Indonesia mencapai 7 jam 38 menit,” paparnya.

Karena besarnya penggunaan internet ini, salah satunya dimanfaatkan untuk transaksi keuangan. Data Bank Indonesia, dari Januari-Agustus 2024, jumlah transaksi elektronik mencapai 1,8 miliar yang dilakukan oleh mereka yang sudah bankable.

Tingginya pertumbuhan ekonomi digital ini pun, kata Olavina, terjadi juga di Bali. Pada Kuartal II 2024, data dari Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali sebanyak lebih dari 850.000 merchant telah mengadopsi sistem pembayaran digital. Sedangkan pengguna QRIS di Bali mencapai lebih dari 1 juta orang. Total transaksi merchant tercatat sebesar Rp 1,1 triliun.

Baca juga:  1,5 Juta Euro Disalurkan untuk Gempa Palu

Tren penggunaan dompet digital di Bali, salah satunya Dana, juga mengalami kenaikan signifikan dengan 132 persen peningkatan layanan keuangan digital melalui aplikasi dari tahun 2023 ke 2024. Fitur yang paling diminati oleh masyarakat Bali mencakup Send Money, QRIS, serta Pulsa & Data.

Darrick Rochili, Chief Innovation Officer DANA Indonesia menambahkan sejak 2023 pihaknya mengimplementasikan QRIS Cross Border yang memungkinkan wisatawan melakukan pembayaran melalui QRIS lewat aplikasi dari tiga negara, yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Baca juga:  Lagi, BNN Tes Urine Anggota DPRD Kota Denpasar

Ini, dinilai sesuai dengan Bali karena tingginya angka kunjungan wisatawan mancanegara. Bahkan di bulan Februari 2025, pihaknya mengembangkan kapabilitas baru di mana wisatawan asing dapat mendaftar tanpa nomor Indonesia. “Wisatawan mancanegara bisa menggunakan nomor telepon negara asal dan melakukan pembayaran menggunakan kartu bank. Untuk sementara, bisa diakses dengan nomor telepon dari sepuluh negara yaitu Australia, Perancis, AS, Inggris, Korea Selatan, India, Jerman, Jepang, Malaysia, dan Singapura,” paparnya.

Pengembangan kapabilitas ini diyakini dapat ikut mendorong pariwisata. Sebab memungkinkan produk-produk UMKM makin dikenal oleh wisatawan mancanegara.

Ia menyebutkan saat ini sudah ada 200 juta pengguna DANA di Indonesia. Pihaknya mendigitalisasi lebih dari 1 juta UMKM di Indonesia untuk mempermudah transaksi digital, dan memperluas akses pasar UMKM. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN