Suasana lomba Nyurat Aksara Bali yang digelar serangkaian Bulan Bahasa Bali 2025, Rabu (19/2). (BP/Wahyu Widya)

DENPASAR, BALIPOST.com – Lomba Nyurat Aksara Bali tingkat SD diselenggarakan di Taman Budaya Art Center. I Wayan Gede Wisnu, salah satu juri dalam lomba ini, mengungkapkan kualitas peserta terus meningkat dari tahun ke tahun.

“Kualitas peserta dalam mengikuti lomba dari tahun ke tahun memang meningkat dan untuk saat ini memang  peningkatannya pesat sekali,” ujar Wisnu saat ditemui di Taman Budaya Art Center, Rabu (19/2).

Ia juga menyampaikan bahwa jumlah peserta kali ini lengkap, dengan 9 peserta yang mewakili kabupaten kota di Bali. Menurut Wisnu, sebelumnya ada kendala terkait kekurangan peserta, terutama akibat pandemi COVID-19 yang membatasi kegiatan.

Baca juga:  Jimmy Sidharta Digeser Jadi Kadis PUPR.

Salah satu peserta, Made Mas Meisya Arisyati (11) dari SD 3 Banjar Jawa mengaku telah mengikuti lomba nyurat aksara Bali sebanyak empat kali. “Saya tertarik mengikuti lomba ini karena saya lihat lihat di tiktok, sosial media itu seru seru soalnya biar bisa belajar tentang aksara aksara bali,” kata Mas Meisya.

Ia menambahkan bahwa kesulitan terbesar dalam lomba ini adalah membedakan kata-kata yang benar dan yang salah. Untuk persiapan, ia mengaku rajin berlatih menulis setiap hari meskipun hanya sebaris atau dua baris.

Baca juga:  Bulan Bahasa Bali Jadi Kebanggaan Generasi Milenial Bali

Ni Luh Putu Ayu Novita Lestari (12), peserta dari SD Negeri 2 Antiga Kelod, juga memiliki pengalaman serupa dalam mengikuti lomba ini. “Latihan yang di perlukan untuk persiapan lomba sedikit, kurang lebih 3 kali, karena kalo di ajarkan oleh guru penyuluhan itu saya kurang bisa belajar secara efisien, karena gurunya ada kegiatan lainnya. Maka dari itu saya latihan cenderung sendiri dirumah dengan waktu 1 minggu,” ujar Novita.

Baca juga:  Terungkap, Kisah Pertemuan WN Slovakia dengan Mantan Pacarnya Berujung Tragedi"

Meski tidak mengalami kesulitan besar selama lomba, ia lebih memilih latihan mandiri di rumah karena keterbatasan waktu pengajaran di sekolah. (Andin Lyra/Wahyu Widya/balipost)

BAGIKAN