Wisatawan mancanegara (wisman) sedang memilih tas disalah satu toko di kawasan Sanur, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Turis sandal jepit, sebutan bagi wisatawan asing kelas menengah ke bawah menjadi sorotan di tengah Bali yang ingin mewujudkan pariwisata berkualitas. Namun dari sisi perekonomian, ternyata keberadaan turis sandal jepit ini juga mendorong sektor ekonomi kerakyatan.

Pengamat Ekonomi Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M. saat diwawancarai, Kamis (20/2) mengatakan, istilah “turis sandal jepit” ini ditujukan pada wisatawan dengan anggaran terbatas yang memilih akomodasi sederhana dan lebih menyatu dengan kehidupan lokal.

“Mereka cenderung memilih penginapan milik warga setempat, seperti homestay atau losmen, serta menikmati kuliner di warung-warung tradisional. Hal ini mendorong pendapatan langsung bagi masyarakat lokal dan mendukung usaha kecil menengah,” ujarnya.

Baca juga:  Sejak Pembangunan GWK, Belasan Warga yang Direlokasi Belum Dapat Air Bersih

Selain itu, lanjut Dekan Fakultas Ekonomi Undiknas Denpasar ini, turis kelas menengah ini sering menggunakan jasa pemandu lokal, transportasi umum, dan berbelanja di pasar tradisional, yang semuanya berkontribusi pada ekonomi rakyat.

Ia mengatakan, peningkatan jumlah wisatawan asing termasuk yang kelas sendal jepit diakuinya juga membawa tantangan tersendiri, seperti over-tourism yang dapat mengancam kelestarian budaya dan lingkungan Bali. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.

Baca juga:  Pecah Rekor Lagi!! Bali Tambah 14 Korban Jiwa COVID-19

Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah pengembangan pariwisata berbasis komunitas. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan destinasi wisata, keuntungan ekonomi dapat dirasakan langsung oleh mereka, sekaligus memastikan bahwa perkembangan pariwisata sejalan dengan nilai-nilai budaya dan kelestarian lingkungan.

Pemerintah daerah, kata dia, juga dapat memberlakukan regulasi yang membatasi pembangunan akomodasi besar-besaran dan mendorong pengembangan fasilitas yang ramah lingkungan. Selain itu, edukasi kepada wisatawan mengenai etika berwisata dan pentingnya menjaga kelestarian budaya serta lingkungan Bali menjadi kunci dalam menciptakan pariwisata yang berkelanjutan. Kampanye sadar wisata yang melibatkan komunitas lokal, pelaku industri pariwisata, dan pemerintah dapat meningkatkan kesadaran semua pihak akan pentingnya menjaga Bali sebagai destinasi yang autentik dan lestari.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Bali Kembali Pecah Rekor, Korban Jiwa Capai 2 Digit

Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan wisatawan sangat diperlukan untuk menciptakan keseimbangan antara manfaat ekonomi dan pelestarian budaya serta lingkungan. Dengan pendekatan yang tepat, kehadiran turis sandal jepit dapat terus memberikan kontribusi positif bagi Bali, memastikan bahwa pesona Pulau Dewata tetap terjaga untuk dinikmati oleh generasi mendatang. (Widiastuti/bisnisbali)

 

BAGIKAN