Salah satu ritual dalam ngaben massal di Desa Tegal Mengkeb, Tabanan. (BP/Dokumen)

TABANAN, BALIPOST.com – Setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19, program ngaben massal Desa Adat Kota Tabanan kembali digelar tahun ini. Ritual ini disambut antusiasme masyarakat. Momentum ini sekaligus menjadi tonggak pemanfaatan krematorium baru di Setra Gandamayu, yang telah rampung pembangunannya.

Krematorium milik Desa Adat Kota Tabanan ini telah selesai dibangun dengan pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Tabanan. Berlokasi di Setra Gandamayu, krematorium ini telah di-plaspas pada Minggu, 16 Februari 2025 menandai kesiapan penuh untuk digunakan dalam prosesi upacara kremasi, termasuk dalam gelaran ngaben massal kali ini.

Nyoman Gede Muliana, prajuru Desa Adat Kota Tabanan (Petajuh Widang Pawongan) menyampaikan bahwa keberadaan krematorium ini akan mempermudah masyarakat dalam melaksanakan upacara ngaben secara lebih efisien, terutama bagi keluarga yang mengikuti program ngaben massal. “Kami berharap, dengan adanya krematorium ini masyarakat dapat lebih terbantu dalam prosesi palebon tanpa harus menghadapi kendala biaya maupun keterbatasan fasilitas,” ujarnya.

Baca juga:  Penertiban Warga Tanpa Masker Diperluas hingga ke Pura dan Lokasi Krematorium

Program ngaben massal kali ini diikuti oleh total 164 peserta, dimana 13 peserta dari krama dura desa. Rinciannya, ngerorasin sebanyak tujuh peserta, ngelangkir 45 peserta, ngelungah 17 peserta, dan warak keruron sejumlah 119 peserta. Rangkaian upacara ngaben massal nuasta geni ini mencakup beberapa tahapan utama, yakni ngelungah sebagai upacara penyucian bagi anak-anak yang belum mengalami upacara potong gigi (matatah), ngelangkir atau upacara bagi mereka yang berpulang sebelum mencapai usia dewasa, ngerorasin yakni upacara penyucian roh leluhur yang telah lama meninggal, warak keruron yakni upacara bagi bayi yang meninggal dalam kandungan atau sebelum usia enam bulan, dan pengabenan simbolis sebagai proses pembakaran jenazah secara simbolis dengan metode manual di krematorium Setra Gandamayu.

Baca juga:  Desa Adat Sumita akan Gelar Karya "Ngusaba Desa"

Selain itu, rangkaian prosesi juga mencakup upacara nyekah yang bertujuan untuk menyucikan roh leluhur agar dapat mencapai alam yang lebih baik. Upacara ini dipimpin oleh sulinggih dengan berbagai tahapan ritual, termasuk matur piuning, ngangget don bingin, nyingkup, dan mapurwa daksina.

Terpisah, Ketua MDA Kecamatan Tabanan I Gusti Ngurah Gede Siwa Genta mengatakan, program ngaben massal yang digelar Desa Adat Kota Tabanan pernah diadakan pada tahun 2015. Saat itu, acara juga menerima partisipasi dari krama dura desa dan menggelar upacara pengabenan nuasta geni yang mencakup ngaben, ngelangkir, dan ngelungah. Selain itu, acara tersebut juga diiringi dengan upacara manusa yadnya dari menek kelih hingga matatah.

Baca juga:  Desa Adat Kerobokan Lestarikan Tradisi Pesamuan Hidangan Tumpek Wayang

Antusiasme masyarakat terhadap program ini cukup tinggi karena dapat meringankan biaya upacara adat di tengah kondisi ekonomi saat ini. Penempatan upacara di krematorium juga menjadi langkah fungsional bagi masyarakat.

Prosesi kali ini disesuaikan dengan jumlah peserta, dengan alat pembakaran krematorium yang tersedia. Untuk saat ini, simbolis pembakaran masih dilakukan secara manual. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN