Petani cabai saat memanen buah cabai lebih awal untuk menekan kerugian semakin besar. Buah cabai rusak akibat diguyur hujan belakangan ini. (BP/Dokumen)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejumlah petani yang ada di Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem mengeluh. Hal itu menyusul rusaknya tanaman cabai akibat terus diguyur hujan deras.

Kondisi tersebut membuat petani gigit jari alias merugi Perbekel Sinduwati, Nengah Rumana mengungkapkan, tanaman cabai rusak di bagian akar, pohon hingga buah. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan tak begitu maksimal. “Buah cabai jadi busuk karena di makan lalat. Luas tanaman cabai rusak mencapai hektaran,” ucap Rumana saat dikonfirmasi, Senin (24/2).

Baca juga:  Lagi, 6 Orang Nekat Naik Gunung Agung 

Rumana mengatakan, akibat kondisi tersebut, membuat petani menjadi merugi. Pasalnya, hasil yang diperolehnya tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkannya. Seperti biaya pupuk, dan perawatan. “Petani cabai di Sinduwati mengalami kerugian Rp2-3 juta per orangnya,” katanya.

Menurut Rumana, bila cuaca bersahabat, petani bisa memanen 10-12 kali. Sekarang petani hanya memanen cabai rata-rata 6 sampai 7 kali. Kualitas cabai yang dipanen sekarang kurang bagus, sehingga berpengaruh ke harga.

Baca juga:  DPRD Gianyar Perjuangkan Penghapusan PBB Lahan Pertanian

“Sekarang harga cabai di pasar masih normal. Per kilogram bisa capai Rp40-50 ribu. Ini konsekuensi menjadi petani, rugi dan untung biasa. Semoga cuaca membaik,” harap Rumana.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk saat ini harga cabai di petani berada di kisaran Rp35 ribu sampai Rp40 ribu per kilogramnya. Sedangkan harga cabai di pasaran sekitar Rp45 ribu ke atas. “Dulu harganya Rp100 ribu. Yang untung petani, tetapi sekarang merugi, inilah yang namanya siklus,” imbuhnya. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Udara Basah Terkonsentrasi di Bali, Waspadai Hujan dan Angin Kencang
BAGIKAN