
SINGARAJA, BALIPOST.com – Polres Buleleng menggelar rekonstruksi terkait kasus pembunuhan I Pande Gede Putra Palguna yang jasadnya dibuang di Kawasan Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada. Sebanyak 43 adegan diperagakan oleh ketiga tersangka.
Proses rekonstruksi dilakukan di dua Lokasi berbeda pada Kamis (27/2). Lokasi pertama dilaksanakan di Gedung Dharma Tungga Polres Buleleng. Ketiga tersangka memperagakan 39 adegan. Sedangkan di lokasi kedua, tepatnya di Kawasan Hutan Lindung, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada diperagakan 4 adegan.
Kapolres Buleleng, AKBP. Ida Bagus Widwan Sutadi menjelaskan polisi sengaja menggelar rekonstruksi di Polres Buleleng, sebagai lokasi pengganti rangkaian aksi kekerasan yang terjadi di Denpasar. Hal ini sudah sesuai dengan kesepakatan dan komunikasi bersama ketiga tersangka.
Widwan menjelaskan 43 adegan itu, dimulai dari saat mereka awal bertemu yang berujung penyiksaan hingga tewasnya I Pande Gede Putra Palguna.
“Ini diselenggarakan untuk penyempurnaan penyidikan yang kita lakukan, bagaimana mengungkap kronologis dari kejadian yang terjadi,kita ungkap sedetail detailnya dan kita juga hadirkan alat-alat bukti yang dilakukan untuk tindak pidana itu,”jelasnya.
Dalam rekonstruksi yang dilaksanakan, Polisi juga tidak menemukan fakta baru. Adegan yang dilakukan disebut sesuai dengan keterangan awal dari pelaku. “Sudah tentunya, ini dilaksanakan agar rasa keadilan bisa tercapai. Dari rekonstruksi ini, tidak ada fakta baru yang ditemukan,” imbuhnya.
Sementara itu, dokter forensik RSUD Buleleng, dr Clarissa menjelaskan penyebab kematian dari korban I Pande Gede Putra Palguna masih diselidiki. Sebagai berbagai kemungkinan muncul dari hasil pemeriksaan yang dilakukan.
Clarisa menjelaskan selain adanya kekerasan fisik, diduga ketiga pelaku juga sempat meracuni korban. Namun hal ini belum bisa dipastikan, dikarenakan masih menunggu hasil autopsi lanjutan.
“Tinggal menunggu satu hasil pemeriksaan penunjang agar kami bisa membulatkan apa yang menjadi penyebab kematian. Jadi penyebab kematian kami masih menunggu pemeriksaan penunjang yang namanya histopatologi dan berkaitan dengan temuan pada rambut korban,” jelas Clarissa.
Ia menjelaskan sesuai hasil pemeriksaan pada tubuh korban, banyak sekali luka yang ditemukan. Mulai dari kepala, punggung, lengan, sampai kaki.
Oa menyebut, dari semua luka, ini bisa saja saling berkontribusi atau setidaknya bisa memberikan petunjuk apa yang menjadi penyebab kematian. Tak hanya itu, tim forensic juga menemukan ada kemungkinan semacam penyiksaan atau penelantaran.
“Kami juga menemukan adanya bekas ikatan pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki. ada luka bakar yang sudah mengalami proses penyembuhan. Dengan pola-pola yang cukup mencurigakan. Kenapa bisa sampai ada proses luka, ada yang sembuh, ada yang baru sembuh,”tandasnya.
Selain menghadirkan ketiga tersangka yakni Ida Ayu Oka Suryani Mantra alias Oki (38) Intan Oktavia Puspitarini alias Intan alias Oca (38) dan I Gusti Ayu Leni Yuliastari alias Leni (57), polisi juga menghadirkan penasehat hukum para tersangka, dokter forensik RSUD Buleleng, serta tim Jaksa Penuntut Umum (JPU). (Nyoman Yudha/balipost)