Pemuda di Banjar Purwakerta Gerih, Abiansemal, Badung mengecat ogoh-ogoh yang akan diarak saat malam Pengerupukan serangkaian Nyepi 2025. (BP/Pande Paron),

MANGUPURA, BALIPOST.com – Dalam rangka menyambut perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1947, Banjar Purwakerta Gerih, Abiansemal, Badung, kembali merancang ogoh-ogoh yang akan diarak saat malam Pengerupukan.

Di tahun ini, Banjar Purwakerta mengusung tema “Walu Nateng Dirah”, yang terinspirasi dari salah satu cerita tradisional Bali yang sangat dihormati, yaitu cerita Calonarang.

I Made Gede Wahyu Andika Putra, koordinator sekaligus arsitek dalam pembuatan ogoh-ogoh kali ini, menjelaskan bahwa tema ogoh-ogoh tahun ini berakar dari pementasan cerita Calonarang, yang mengisahkan tentang seorang janda dari Desa Dirah. “Ogoh-ogoh kami kali ini menggambarkan karakter Dirah, yang dalam cerita tersebut dikenal memiliki kekuatan magis yang besar,” ujar Wahyu saat ditemui di Balai Banjar Purwakerta, Rabu (4/3).

Baca juga:  Desa Adat Penglipuran Rutin Gelar Pementasan Calonarang di Monumen Pahlawan

Saat ini, proses pembuatan ogoh-ogoh sudah memasuki tahap pengecatan. Wahyu menjelaskan bahwa pembuatan ogoh-ogoh ini melibatkan banyak pemuda di banjar mereka.

Meski begitu, dia juga menyebutkan adanya beberapa kendala selama proses pembuatan. “Kendalanya adalah sebagian pemuda yang sulit diajak berpartisipasi atau kurang memiliki solidaritas. Meskipun demikian, itu hanya beberapa oknum, dan kami terus berusaha untuk mengajak mereka lebih terlibat,” tambah Wahyu.

Baca juga:  Badung Konfirmasi Satu Pasien Positif COVID-19

Menurutnya, pembuatan ogoh-ogoh adalah salah satu cara untuk melestarikan budaya Bali dan memperkenalkan keindahan serta nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tradisional Bali kepada generasi muda serta masyarakat global.

Pembuatan ogoh-ogoh yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Nyepi di Bali tidak hanya sekadar menjadi simbol atau karya seni visual, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai penting dalam budaya Bali, seperti gotong royong, keindahan, dan keterikatan dengan cerita-cerita leluhur. Dengan tema “Walu Nateng Dirah” tahun ini, diharapkan masyarakat Bali dapat lebih menghargai dan menjaga tradisi ini, serta meneruskan kisah-kisah dan filosofi yang terkandung dalam setiap pementasan ogoh-ogoh. (Pande Paron/balipost)

Baca juga:  Teater Musikal Berkembang Signifikan, Simak Perjalanannya dari Masa ke Masa
BAGIKAN