Ilustrasi warga sedang mengakses investasi emas lewat BRImo. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Seorang perempuan paruh baya nampak duduk di sebuah kursi di pinggir Jalan Diponegoro, Denpasar. Begitu ada orang yang mendekati, ia pun lantas menanyakan apakah hendak menjual emas?

Perempuan bernama Sri Asih ini merupakan salah satu dari pengepul perhiasan dan batangan emas yang mangkal di kawasan Jalan Diponegoro, Denpasar. Keberadaan pengepul emas yang di Bali lebih dikenal dengan sebutan Pengamplung ini mulai berkurang seiring makin mudahnya masyarakat berinvestasi emas lewat aplikasi digital.

Diakui Sri Asih yang sudah sejak 1998 menekuni profesi ini, warga tak begitu banyak yang datang untuk bertransaksi emas. Meski pun, saat ini sudah memasuki Bulan Ramadan dan jelang Idulfitri. “Tidak ada peningkatan yang signifikan, jual beli tetap seperti biasa saja,” katanya Kamis (6/3).

Ia pun mengenang masa kejayaan transaksi emas ini pada era 2000-an. Saat itu, setiap hari besar keagamaan, jumlah warga yang melakukan transaksi emas mengalami peningkatan. Biasanya mereka menguangkan perhiasan emasnya untuk keperluan hari raya.

Ia pun menyebut transaksi di tempatnya adalah barang-barang yang tidak utuh, seperti kalung atau gelang yang putus, serta perhiasan yang tidak memiliki surat-surat. Keuntungan per gram yang didapatkan berkisar antara 10 ribu hingga 15 ribu rupiah.

Baca juga:  Diduga Pungli, Kelian Dinas Kena OTT

Investasi lewat Aplikasi

Kecenderungan memilih investasi emas lewat aplikasi diakui dua nasabah BRI, Dwi Rusmawati dan Kadek Parwata. Mereka mengakui lewat BRImo, investasi emas jadi lebih mudah dilakukan karena syaratnya untuk memulai juga sangat mudah.

“Investasi emas lewat BRImo lebih mudah karena bisa dari Rp 10.000. Saya juga bisa memantau pergerakan harga emas secara realtime. Jadi bisa langsung tahu begitu ada kenaikan atau penurunan harga emas,” ungkap Parwata yang juga berinvetasi di Surat Berharga Negara (SBN) lewat BRImo ini.

Sejumlah perhiasan emas dipajang di etalase toko emas yang berlokasi di Jl. Hasanuddin, Denpasar. (BP/Dokumen)

Dwi Rusmawati menambahkan lewat investasi emas, keuntungan yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan menabung maupun deposito. Penjualan emas juga bisa dilakukan kapan saja, tanpa harus ke toko emas maupun pengamplung. “Kalau harga emas sedang naik, saya biasanya langsung jual. Atau kalau saya sedang perlu uang cepat, saya bisa langsung melakukan transaksi jual lewat BRImo,” ungkap perempuan beranak dua ini.

Baca juga:  Perluas Inklusi Keuangan di 2024, Lintas Sektoral Perkuat Adopsi Fintech

Mengutip data BRI, fitur Investasi Emas memungkinkan pengguna mulai berinvestasi emas dengan nominal terjangkau, mulai dari Rp10.000.  Sejak diluncurkan pada Februari 2024, fitur ini telah mencatatkan volume transaksi emas mencapai Rp279,8 miliar per Desember 2024.

Masih dari data BRI, investasi ini menarik berbagai segmen masyarakat, terutama generasi milenial yang memiliki rata-rata 17 persen portofolio investasinya dalam bentuk emas, diikuti oleh Gen X dan Baby Boomers dengan masing-masing 10 persen.

Direktur Retail Funding & Distribution BRI Andrijanto dalam rilisnya pada 20 Februari menyebut kemudahan menjadi keunggulan utama fitur ini, mulai dari pembelian emas 0,01 gram, transaksi jual beli secara real-time dengan Pegadaian, hingga akses informasi harga jual dan beli emas yang selalu ter-update di dashboard investasi.

Pegawai Pegadaian menunjukkan emas batangan dari Antam. (BP/eka)

Selain itu, fitur autodebet dan monitoring harga emas secara real-time semakin memudahkan pengguna dalam mengoptimalkan investasinya. Dengan pertumbuhan yang pesat, BRI menargetkan pertumbuhan transaksi emas di BRImo mencapai hingga 85 persen secara year-on-year (YoY) pada 2025.

Baca juga:  Karyawan Rumah Sakit KDH Bross Singaraja Mengadu ke Disnakertrans

Dikonfirmasi terpisah, Kabag Humas Pegadaian Kanwil VII Denpasar, Gusti Susila mengatakan minat masyarakat terhadap investasi emas di Kanwil Denpasar menunjukkan tren yang positif, terutama pascapeluncuran Program Bullion Service Pegadaian (Bank Emas) oleh Presiden RI Prabowo Subianto.

Berdasarkan data Pegadaian yang merupakan bagian dari Holding Ultra Mikro (UMi) BRI ini, sampai dengan Februari 2025, deposito emas nasabah di Kanwil Denpasar meliputi Bali, NTB dan NTT sudah mencapai lebih dari 47 kg. Menurutnya, hal ini mencerminkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap produk investasi emas dalam kegiatan usaha bullion.

Ia menilai, faktor-faktor seperti persepsi emas sebagai aset yang aman dan pengetahuan finansial yang baik turut mempengaruhi keputusan masyarakat untuk berinvestasi emas di Pegadaian.

Susila mengatakan investasi lewat aplikasi digital, seperti Pegadaian Digital Service dan BRImo, memungkinkan masyarakat membeli, menjual, dan menyimpan emas secara online. Dengan tingginya minat masyarakat Bali ini, ia optimis target produk emas di wilayah Bali Nusra pada 2025 akan mencapai Rp 950 miliar. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN