AMLAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Seraya cukup banyak memiliki tradisi yang hingga saat ini masih tetap dijaga dan dilestarikan oleh warganya. Salah satunya tradisi Tari Dewa Ayu atau Madewa Ayu.
tarian sakral sebagai ucapan puji syukur atas kesejahteraan yang telah diberikan atau dilimpahkan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Bendesa Adat Seraya, I Made Salin mengungkapkan tradisi Dewa Ayu juga sebagai bentuk penyidekarya dari penghujung upacara yang dilaksanakan.
Keris yang digunakan dalam tradisi Madewa Ayu ini merupakan simbol peleburan sadripu menjadi sadguna dengan dilandasi ketulusikhlasan dalam melaksanakannya.
Tradisi Madewa Ayu ini telah dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Desa Seraya. Madewa Ayu terbagi menjadi dua, ketika penari tidak memakai Keris disebut Madewa Ayu Sumbu dan ketika menggunakan media Keris disebut Madewa Ayu Naret.
Made Salin mengatakan tidak hanya ditarikan saat upacara keagamaan di Pura Kahyangan Desa setempat, tradisi Madewa Ayu juga dilaksanakan di sanggah atau merajan masing-masing rumah warga. Tradisi Madewa Ayu diawali dengan prosesi Mendet, Melegong kemudian melaksanakan Madewa Ayu dengan memakai Banten Peneman.
Saat Mesumbu dan Naret, sejumlah warga baik laki-laki maupun perempuan akan menari diiringi alunan gamelan dan dalam kondisi tidak sadar dengan mata terpejam.
Kadutan atau keris yang digunakan untuk narat juga tidak sembarangan. Keris tersebut sebelumnya diupacarai agar bisa digunakan untuk Madewa Ayu daratan atau narat.
Dia menjelaskan ada sejumlah pantangan yang perlu diperhatikan krama yang mengikuti madewa ayu daratan. Termasuk di antaranya kadutan tidak boleh ditancapkan ke tanah. Selanjutnya kadutan juga tidak boleh berbenturan dengan kadutan lainnya. Jika pantangan ini diabaikan, maka akibatnya akan fatal. (Eka Parananda/balipost)
