
MANGUPURA, BALIPOST.com – Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1947 kembali dimeriahkan dengan kreativitas warga dalam membuat ogoh-ogoh. Banjar Kembangsari, Blahkiuh, Badung menghadirkan sebuah karya yang bukan hanya megah secara visual, tetapi juga sarat makna filosofis.
Mengangkat tema “Kebohongan yang Menyebabkan Pembodohan Masyarakat”, ogoh-ogoh ini menjadi simbol perenungan terhadap kondisi sosial di era Kaliyuga, zaman penuh intrik, di mana kebenaran sering kali dikaburkan oleh kepentingan pribadi.
I Made Sanjaya, S.Pd, pengarang cerita sekaligus arsitek ogoh-ogoh ini, mengungkapkan bahwa inspirasi datang dari realitas yang terjadi di sekitar kita. Banyak individu yang haus kekuasaan berlomba-lomba menarik simpati masyarakat dengan janji-janji manis, namun setelah mencapai tujuannya, mereka berpura-pura tidak mengenal rakyat
“Kita bisa melihat bagaimana zaman ini penuh dengan pertikaian akibat kepentingan pribadi, sehingga nilai-nilai luhur seperti tresna asih tanpa wali mulai dilupakan, Namun, kita harus ingat bahwa kehendak alam semesta adalah kehendak Tuhan, dan Tuhanlah hakim sejati dalam kehidupan ini.” Jelas Sanjaya saat ditemui di Balai Banjar Kembangsari Blahkiuh, Sabtu (8/3).
Pengerjaan ogoh-ogoh ini telah selesai dan berhasil mengikuti lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025. Dengan perencanaan yang matang, proses pembuatannya berjalan lancar tanpa kendala teknis. Namun, kendala utama yang dihadapi adalah biaya.
Meski demikian, semangat gotong royong ST. Kembang Wijaya Banjar Kembangsari tetap tinggi. Mereka bekerja sama dengan penuh dedikasi untuk menghasilkan ogoh-ogoh yang tidak hanya menarik dari segi estetika, tetapi juga membawa pesan moral yang kuat.
Sanjaya berharap ogoh-ogoh ini dapat menjadi refleksi bagi masyarakat agar lebih kritis dalam menghadapi perkembangan zaman.
“Harapan kami, masyarakat bisa lebih bijak dalam menyikapi informasi dan tidak mudah dibodohi oleh kepentingan pihak tertentu. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, kita harus lebih cerdas dalam memilah mana yang benar dan mana yang hanya ilusi,” ungkapnya. (Pande Paron/balipost)