DENPASAR, BALIPOST.com – Desa Adat Kepaon, Denpasar memiliki seni tari tradisional khusus yaitu Tari Sang Hyang Sengkrong. Seni tari sakral ini hanya dipentaskan pada sasih keenam, bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam.
Bendesa Adat Kepaon Anak Agung Ketut Wirya menuturkan pada sasih itu biasanya desa adat melaksanakan pecaruan. Desa Adat Kepaon juga melaksanakan pecaruan, namun setelah itu, dilanjutkan dengan pementasan Tari Sang Hyang Sengkrong.
Tari ini ditarikan jika penarinya mengalami trance.
Dengan mengalami trance, penari menarikan dengan gerakan tak teratur. Berbeda dengan tarian pada umumnya yang mengikuti irama musik.
Musik yang digunakan pun bukan alat musik tradisional, melainkan dengan pengantar musik cak, suara berirama yang dilantunkan sekelompok orang.
Menurut Ketut Wirya, Tari Sang Hyang Sengkrong seperti tari baris namun menggunakan gelung. Hanya saja gelung yang digunakan, terbalik.
Bukan untuk tari hiburan, Tari Sang Hyang Sengkrong hanya dipentaskan di Pura Dalem Kepala. Bertujuan untuk menetralisir, menjaga keseimbangan alam.
Selain upaya menjaga alam secara niskala, juga dilakukan upaya sakala, salah satunya dengan membentuk kelompok Wang Biga yang merupakan kelompok masyarakat penjaga sungai. Sebagai desa yang berada di hilir, upaya menjaga sungai sangat penting dilakukan karena dampaknya akan terasa betul. Apalagi Desa Adat Kepaon bersebelahan dengan Tukad Badung sehingga Wang Biga memiliki peran penting bagi desa adat. (Citta Maya/balipost)