Ilustrasi. (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kebutuhan beras di Bali mencapai 412.929 ton pada tahun 2024, namun produksi beras Bali hanya mencapai 365.424 ton. Kondisi ini dampak dari berbagai masalah di sektor pertanian seperti lahan pertanian semakin sempit, jumlah petani menurun dan umurnya semakit tua dengan pendidikan yang rendah.

Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Unud Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc. pada kuliah umum di hadapan mahasiswa Tokyo University, Jepang di Gedung Agrokompleks, Kampus Unud Sudirman, Senin (10/3).

Ditambahkan luas lahan pertanian di Bali saat ini mencapai 359.694 Ha, dan luas sawah hanya 19,97% saja atau 71.836 Ha. Luas areal panen padi tahun 2024 seluas 107,225 Ha dengan asumsi intensitas produksi padi mencapai 1,49 Ha/tahun.

Produktivitas gabah pada tahun yang sama mencapai 6,04 to/ha. “Total produksi beras di Bali sebanyak 365.424 ton dan kebutuhan beras mencapai 412.929 ton. Artinya Bali mengalami defisit beras 47.505 ton,” tegasnya.

Baca juga:  Rangkaian KTT G20 di Bali, PDB Nasional Diperkirakan Naik Triliunan Rupiah

Prof. Dewa Suprapta menjelaskan perlunya kerja sama antarpemangku kepentingan mendorong peningkatan produksi beras sehingga defisit itu perlu dikurangi.

Sebanyak enam mahasiswa Jepang didampingi tiga profesor melakukan kunjungan ke Unud dan sejumlah kawasan pertanian di Bali seperti Jatiluwih dan Kintamani antara 10 – 15 Maret 2025. Rpmbongan dipimpin Prof. Yasunobo Matsumoto dari Animal Science, Tokyo University.

Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta menjelaskan, upaya peningkatan produktivitas pertanian Bali bisa saja dengan penerapan sistem smart farming, hanya ada beberapa persyaratan yang tidak nyambung
dengan kondisi pertanian Bali. Petani yang rata-rata usia semakin tua yang agak sulit diajak bertranformasi karena tingkat pendidikan yang relatif rendah.

Kepemilikan lahan yang tidak lebih dari 0,5 Ha dan topografi lahan dengan kemiringan tinggi menjadi masalah teknis lainnya dalam
penerapan teknologi modern. “Kita bisa coba untuk mengakrabkan petani dengan teknologi pertanian modern. Misalnya, di satu subak dengan luas arealnya 100 Ha mencoba menggunakan drone untuk menyemprotkan pestisida, siapa tahu setelah ada bukti nyata penggunaan smartfarming sangat memudahkan petani di sawah bersedia menerapkan teknologi baru dan bergabung mengelola lahan sehingga memenuhi skala ekonomi menunjang pengembangan agribisnis modern,” kata ahli biopestisida itu.

Baca juga:  WNA Pengawasan COVID-19 Dirawat di BRSU Tabanan

Menjawab pertanyaan seorang mahasiswa Jepang terkait petani Bali tidak bisa hidup layak jika tidak memiliki pekerjaan lain, Prof. Dewa Suprapta mengakui fakta tersebut terbukti banyak petani yang terjun mengelola industri kecil seperti mematung atau melukis di Kabupaten Gianyar. “Di wilayah lain di Bali, banyak petani nyambi jadi pekerja bangunan,” paparnya.

Dia menyarankan, mahasiswa bisa melakukan observasi lapangan dengan menanyakan curahan waktu petani bekerja di sawah dibandingkan dengan melakoni pekerjaan lain. Hal ini juga terkait erat
dengan prosentase pendapatan petani yang kecil dari sektor pertanian ketimbang sektor lainnya.

Ditambahkan, luas lahan pertanian di Bali saat ini mencapai 359.694 Ha, dan luas sawah hanya19,97% saja atau 71.836 Ha. Luas areal panen padi tahun 2024 seluas 107,225 Ha dengan asumsi intensi-
tas produksi padi mencapai 1,49 Ha/tahu. Produktivitas gabah pada tahun yang sama mencapai 6,04 to/ha. “Total produksi beras di Bali sebanyak 365.424 ton dan kebutuhan beras mencapai 412.929 ton. Artinya Bali mengalami defisit beras 47.505 ton,” tegasnya.

Baca juga:  Dari Inggris Jadi Negara Pertama di Dunia Restui Gunakan Vaksin COVID-19 hingga Jambret WNA Ditembak

Prof. Dewa Suprapta menjelaskan perlunya kerja sama antarpemangku kepentingan mendorong peningkatan produksi beras sehingga defisit itu bisa dikurangi.

Sementara itu, Guru Besar FKH Unud Prof. I Nyoman Manik Astawa memaparkan berbagai jenis penyakit hewan di Bali yang juga sangat menarik minat mahasiswa Jepang untuk berdiskusi seperti ketersediaan vaksin untuk mengatasi penyakit Jembrana pada sapi. Kehadiran rombongan tersebut secara khusus disambut oleh Dekan Fakultas Pertanian Unud Dr. I Putu Sudiarta, S.P., M.P., dan Dekan FKH
Unud, Prof. Dr.drh.I Nyoman Suartha, M.Si. Tokyo University Jepang bekerja sama dengan Unud untuk dua bidang tersebut. (kmb/balipost)

BAGIKAN