
MANGUPURA, BALIPOST.com – Pada Sabtu (15/3), Puspem Badung menjadi saksi parade ogoh-ogoh yang penuh semangat dan kreativitas. Salah satu ogoh-ogoh yang mencuri perhatian adalah karya dari ST. Tunas Remaja, Banjar Umahanyar Penarungan, yang berhasil meraih juara di tingkat zona dan berkesempatan mengikuti parade di Puspem Badung.
Ogoh-ogoh yang dipentaskan kali ini mengangkat tema “Kungkang Siwa” atau lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Kodok atau dalam cerita Bali disebut Arja Godogan. Tema ini terinspirasi dari kisah legenda Bali yang dikenal dengan nama Arja Godogan.
Dalam cerita tersebut, seorang pasangan suami istri yang lama mendambakan anak akhirnya dianugerahi seorang anak oleh Dewa Siwa. Namun, anak tersebut lahir dalam bentuk kodok atau godogan.
Setelah tumbuh, kodok ini diberikan anugerah kesaktian, namun untuk bisa berubah menjadi manusia, ia harus menemukan cinta sejatinya, seorang putri anak raja.
Perjalanan cinta kodok ini penuh rintangan. Ia harus melewati berbagai ujian untuk mendapatkan restu dari sang raja. Bahkan, kodok tersebut sempat dibunuh dan tubuhnya dipotong-potong oleh sang raja yang tidak merestui hubungan mereka.
Namun, berkat anugerah Dewa Siwa, kodok itu kembali hidup. Desa atau wilayah kerajaan tempat sang raja memerintah pun dilanda musibah dan wabah-wabah misterius. Setelah sang raja mencari paranormal, diketahui bahwa musibah tersebut disebabkan oleh tindakan sang raja yang membunuh kodok yang diberi anugerah oleh Dewa Siwa. Akhirnya, sang raja pun meminta maaf dan merestui hubungan mereka.

Dalam pembuatan ogoh-ogoh ini, ST.Tunas Remaja tidak hanya menonjolkan aspek seni visual, tetapi juga teknologi gerak. Bagian kepala pangeran yang ada di dalam mulut kodok dapat bergerak dan poros bawahnya bisa berputar, berkat mesin sederhana yang menggunakan pompa air di bagian bawah dan wiper mobil di bagian atas. Mesin ini memungkinkan gerakan yang dinamis dan menarik perhatian penonton.
Perjalanan menuju Puspem Badung untuk mengikuti pawai ini memakan waktu sekitar tiga jam. Meskipun menghadapi tantangan seperti kabel telepon yang rendah dan hujan yang deras di tengah perjalanan, semangat ST. Tunas Remaja tetap tak terbendung. “Kami tetap semangat meski kehujanan sambil mendorong keatas kabel kabel dijalan menggunakan bambu, perjalanan ini kami lalui dengan penuh perjuangan,” ungkap Putu Rolan Wijaya sebagai salah satu arsitek saat ditemui di Puspem Badung, Sabtu (15/3).
Pembuatan ogoh-ogoh ini memakan waktu total sekitar satu setengah bulan. “Harapan saya kedepannya generasi muda ini lebih kreatif dan lebih menjunjung tinggi nilai budaya serta kesenian Bali, agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Mengikuti zaman boleh, tetapi tradisi dan budaya jangan sampai ditinggalkan,” tambahnya. (Pande Paron/balipost)