Dua wisatawan mancanegara (wisman) berjalan di depan salah satu restoran yang ada di wilayah Sanur, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Selama ini kawasan pariwisata Sanur lebih dikenal sebagai tempat tujuan para senior atau retired dari berbagai negara. Hingga ada yang menganggap kata Sanur berasal dari kata “snore” yang berarti mendengkur. Maka dari itu, Sanur ingin maju membentuk branding pusat gastronomi atau di bidang sosial budaya khususnya kuliner dan makanan.

Ketua Yayasan Pembangunan Sanur IB Sidharta, Selasa (18/3) ditemui di Renon mengatakan, ia ingin mendorong Sanur menjadi lebih baik. Salah satunya dengan mengangkat potensi Sanur seperti gastronomi. “Melalui gastronomi, culinary bisa mengangkat destinasi seperti Sanur. Seperti Seminyak, siapa yang menyangka Seminyak akan berkembang dengan industri gastronominya, padahal dulu kawasan Seminyak tidak ada orang tahu,” ujar Ketua PHRI Denpasar ini.

Baca juga:  Tinggi, Antusiame Siswa Ikuti Lomba Debat Bahasa Bali

Selain itu, industri gastronomi menurutnya paling resilien. Terlihat saat pandemi COVID-19, kuliner dan industri gastronomi tetap bertahan. Kuliner legend di Sanur cukup banyak dan mencuri perhatian masyarakat seperti Men Weti, Mak Beng, Men Tingen.

Saat ini, pendapatan masyarakat yang naik, lifestyle berubah ingin mencoba pengalaman kuliner, sehingga gastronomi sangat potensi dikembangkan untuk mengangkat branding Sanur.

Dengan tujuan itu, maka ia menyambut stakeholder di bidang gastronomi untuk berkolaborasi mengembangkan Sanur seperti Sanur Chef Community (SCC). Ia berharap SCC dapat membawa sentuhan baru agar Sanur terbranding kembali. Misalnya dengan memberi sentuhan standar kebersihan, higienitas, pengemasan, presentasi makanan, dan pelayanan.

Baca juga:  Sambut Nataru, Gubernur Koster Tegaskan Obyek Wisata Boleh Dibuka

Sekretaris PHRI Denpasar, IB Vedantha Wijaya berharap stakeholder pariwisata khususnya yang bergerak di bidang kuliner dapat membuat standar makanan atau minuman dan industrinya. “Walaupun tempatnya, restaurannya kecil, tapi punya standar makanan atau kuliner ala Sanur, maka tamu akan datang,” ujarnya.

Selain itu, para chef juga diharapkan dapat memahami selera tamu, perkembagan taste market sehingga dapat mengikuti perkembangan. Ketua Sanur Chef Community (SCC) Bayu mengaku ke depan akan memberikan pelatihan kepada kafe kecil dan UMKM di sekitar kawasan Sanur sehingga dapat memiliki standar dalam menjual dan menyajikan makanan.

Baca juga:  Perluas Pasar, Garam Tradisional Dikemas dan Branding Modern

Selain itu juga akan bergabung mengisi acara Sanur Village Festival (SVF) seperti menghidupkan kembali kompetisi memasak dengan mengolah hasil laut Sanur, fruit carving, ngelawar di SVF. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN