Direktur Digital & Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha. (BP/Dokumen BRI)

DENPASAR, BALIPOST.com – Aris Setiawan, merupakan salah satu nasabah BRI yang pernah mengalami penipuan lewat aplikasi pesan. Ia saat itu mengaku menerima pesan yang mengatasnamakan CS BRI dan meminta agar melakukan pembaruan data nasabah dengan mengklik tautan.

“Saat itu, karena saya sedang di rumah sakit dan tidak konsen, saya langsung mengklik tautan yang disematkan di pesan itu. Saya mengikuti langkah-langkah yang tertera di situs untuk memberikan username dan password BRImo,” jelas pria yang tinggal di Tabanan ini.

Saat sadar sudah tertipu, ia mengecek rekeningnya lewat BRImo. Ternyata uang yang ada di rekeningnya sudah tidak ada. “Untung saja, waktu itu uang di tabungan gak terlalu banyak,” ujar Aris menceritakan pengalaman jadi korban penipuan.

Pria ini pun melaporkan kasusnya ke BRI. Namun, karena itu merupakan kesalahannya, ia mengaku tidak menuntut pertanggungjawaban BRI. Pengalaman tersebut, diakuinya sebagai sebuah pelajaran berharga untuk lebih hati-hati dalam membaca pesan dan memberikan data pribadi.

Terkait masih maraknya kejahatan perbankan yang dikenal dengan sebutan social engineering (Soceng), Analis Eksekutif Senior Kelompok Spesialis Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen yang juga Ketua Sekretariat Satgas PASTI, Hudiyanto mengakui dari tahun ke tahun masih tinggi. Hal itu terjadi karena literasi keuangan dan digital masih rendah.

Baca juga:  Link Undangan Nikah Bikin Saldo Tabungan Raib, BRI Ingatkan Jangan Sembarangan Unduh Aplikasi

Hudiyanto belum lama ini menegaskan edukasi sangat penting diberikan mulai dari calon pekerja yang belum memiliki penghasilan hingga kelompok yang telah memiliki penghasilan bahkan pensiunan. “Kalau orang yang literasi digitalnya kurang memegang HP, dan punya uang, tinggi kemungkinan dia bisa kena kejahatan keuangan,” ujarnya.

BRI yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia terus berupaya memerangi berbagai kejahatan perbankan, termasuk soceng demi keamanan dan kenyamanan nasabahnya. (BP/Dokumen BRI)

Menurutnya siapa pun bisa terkena kejahatan keuangan bahkan orang yang memiliki pendidikan yang baik. Dijelaskan, soceng merupakan teknik manipulasi yang memanfaatkan kesalahan nasabah untuk mendapatkan akses informasi pribadi dan data-data berharga melalui tautan atau link yang dikirimkan melalui WA atau sms.

Saat ini modusnya sangat beragam. Mulai dari pemberitahuan perubahan biaya administrasi,  pengiriman undangan pernikahan digital, sampai modus yang memanfaatkan kurir platform e-commerce.

Mengingat kejahatan terjadi akibat kelalaian nasabah, yang bisa dilakukan adalah mengedukasi dan selalu mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dalam mengakses link atau tautan yang dikirimkan oleh orang yang tidak dikenal.

Baca juga:  Dari Dimutasi ke Luar Struktur Polri hingga Atap Patung Kumbakarna Karebut Bolong

Modus Smishing

Terpisah, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/3), BRI mengimbau nasabah untuk lebih waspada terhadap smishing, modus penipuan berbasis SMS yang semakin marak terjadi. Smishing merupakan teknik kejahatan digital terbaru yang digunakan pelaku untuk mencuri data perbankan dengan mengirim pesan singkat yang menyerupai komunikasi resmi dari pihak perbankan.

Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha, menegaskan bahwa kejahatan siber terus berkembang dengan pola yang semakin kompleks, sehingga kewaspadaan dan literasi digital menjadi faktor utama dalam melindungi keamanan perbankan.

“BRI terus meningkatkan sistem keamanan untuk menghadapi berbagai ancaman siber yang terus berkembang. Kami juga mendorong nasabah untuk lebih berhati-hati dalam menerima pesan yang mencurigakan dan memastikan bahwa setiap transaksi hanya dilakukan melalui kanal resmi BRI,” ujar Arga.

Ilustrasi penggunaan aplikasi BRImo. (BP/Istimewa)

Dalam beberapa kasus, pelaku bahkan menggunakan nomor pengirim yang menyerupai layanan pelanggan bank untuk meyakinkan korban. Atas maraknya modus penipuan tersebut, BRI mengimbau nasabah untuk selalu berhati-hati terhadap pesan yang menginformasikan transaksi mencurigakan, meminta verifikasi akun, atau menjanjikan hadiah tertentu.

Baca juga:  Aktivitas Monoton, Pengungsi Jenuh dan Minta Kerja

Pesan semacam ini umumnya mengandung tautan yang jika diklik, akan mengarahkan korban ke situs palsu yang dirancang menyerupai laman resmi perbankan. Situs tersebut akan meminta informasi seperti nomor kartu, PIN, kode OTP, masa berlaku kartu, CVC/CVV, user ID, dan password, yang dapat digunakan pelaku untuk mengakses rekening nasabah. Jika data tersebut diberikan, akan membuka ruang untuk pelaku kejahatan dapat mengakses rekening nasabah dan melakukan transaksi.

Jika menerima pesan mencurigakan yang mengatasnamakan BRI, ia menyarankan nasabah tidak menanggapi atau meng-klik tautan yang disertakan dan selalu mengaktifkan notifikasi transaksi melalui aplikasi BRImo, SMS, ataupun WhatsApp Resmi BRI agar dapat langsung mendeteksi aktivitas mencurigakan.

Selain itu, nasabah diharapkan untuk lebih waspada terhadap berbagai bentuk modus penipuan digital dan tidak memberikan informasi perbankan kepada pihak yang tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Segera lakukan perubahan password atau PIN BRImo serta ATM apabila terdapat indikasi bahwa informasi perbankan tersebut telah dibagikan kepada pihak yang tidak terverifikasi. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN