
DENPASAR, BALIPOST.com – Angka kasus DBD tahun 2024 meningkat dua kali lipat. Di Bali angka kasus dai Januari hingga Maret 2025 mencapai 4.226 orang. Namun angka kematian akibat DBD diklaim menurun.
Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa, Kamis (20/3), mengatakan bahwa pemerintah kota Denpasar memiliki concern yang tinggi terhadap penanganan kasus DBD. Selain 3M Plus, juga dilakukan fogging fokus dan memperjuangkan jumantik menjadi PPPK.
Selain itu, peran jumantik juga penting untuk memantau jentik. Dengan upaya – upaya itu menurutnya yang membuat angka kematian karena DBD turun.
“Angka kasus tahun ini meningkat namun belum menggambarkan secara keseluruhan karena sekarang baru bulan ketiga, tapi angka kematian turun, karena data provinsi diadopsi juga dari Denpasar Badung, Gianyar,” ujarnya.
Menurutnya, peningkatan kasus biasa terjadi pda Januari- Maret, namun pada bulan berikutnya angka kasus mulai landai. Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr. AA. Ayu Agung Candrawati, ditemui di acara Kick Off Program Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas DBD di Hotel Inna Veteran mengatakan, jumantik turun setiap hari memantau jentik namun diakui karena rasio jumlah jumantik dan luas wilayah yang tidak seimbang sehingga perlu waktu untuk memantau jentik.
Saat ini ada 320- an jumantik di Denpasar dengan rasio 1 jumantik, 1 KK. Tahun 2025 per Maret, ada 4 orang yang meninggal akibat DBD terdiri dari anak- anak dan dewasa. Semenyara apjumlah kasusnya 600-an. Sedangkan tahun 2024, angka kematian DBD sebanyak 7.
Menurutnya kematian DBD terjadi bukan karena varian virus dengue tertentu yang mewabah di Denpasar namun karena keterlambatan penanganan. Maka dari itu penting segera mencegah pendarahan dengan membawa ke fasilitas kesehatan (faskes). “Begitu perdarahan segera bawa ke faskes agar tak sampai DSS (Degue Shock Syndrome), kalo sudah DSS susah,” tandasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Bali Anom dr. I Nyoman Gede Anom mengatakan, angka kasus DBD terbanyak tahun ini ada di Buleleng mencapai 900-an, Badung 800an, Gianyar dan Denpasar 600an. Dalam upaya pencegahan DBD yang paling utama adalah 3M Plus. “Vaksin bisa dilakukan bagi yang mampu karena saat ini masih berbayar. Kami berharap vaksin jadi program nasional sehingga nantinya tidak berbayar tapi saat ini yang paling efektif, 3M plus, plusnya memakai obat nyamuk, lotion anti nyamuk, itu plus yang penting,” ujarnya.
Pelaku usaha dari CHRO Enesis Group Bambang Cahyono mengatakan, salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mencegah gigitan nyamuk adalah dengan penggunaan lotion. “Kami ingin membantu pemerintah melindungi masyarakatnya dari DBD,” ujarnya.
Untuk itu menurutnya edukasi harus menyasar keluarga sebagai unit vital dalam pemberantasan DBD serta melakukan pendekatan secara langsung di tingkat desa/kelurahan. Ratusan jumantik akan melakukan edukasi di 4 lokasi yaitu Denbar, Densel, Kuta Selatan, Ubud dari tanggal 2 April – 4 Juni 2025. (Citta Maya/Balipost)