
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Bupati Klungkung I Made Satria langsung meninjau dampak bencana alam yang menimbulkan kerusakan pada Pura Watu Klotok, Rabu (19/3) malam. Dia mengaku prihatin dengan kondisi sejumlah bangunan di dalamnya yang rusak berat, setelah diterjang angin kencang.
Pada kesempatan itu, Bupati Satria memastikan akan segera mengupayakan perbaikan secepatnya, agar Pura Watu Klotok bisa kembali dimanfaatkan umat Hindu untuk beribadah.
Bupati Satria didampingi Wakil Bupati Klungkung Tjokorda Gde Surya Putra, Kepala Pelaksana BPBD Klungkung Putu Widiada, Kadis Kebudayaan I Ketut Suadnyana dan para pemangku, sempat mengecek kondisi riil kerusakan pada Bale Gong, Bale Pesantian dan Bale Kulkul di Pura Watu Klotok. Usai meninjau ke lokasi, Bupati Satria meminta pihak pengempon pura untuk segera matur piuning kepada sulinggih, mohon petunjuk secara niskala pasca kejadian tersebut.
Sementara pemerintah daerah, kata dia, segera akan merapatkan OPD terkait untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mempercepat pembangunan kembali ke tiga bangunan yang roboh ini. Sehingga umat bisa melaksanakan upacara pujawali yang akan jatuh pada 8 April mendatang. “Kami akan upayakan segera dapat diperbaiki, agar umat bisa segera melakukan pujawali seperti biasa dalam waktu dekat ini. Bangunan ini sesungguhnya baru selesai, bantuan hibah dari Pemkab Klungkung,” tegasnya.
Akibat bencana alam ini, kerusakan sejumlah bangunan pada Pura Watu Klotok menimbulkan kerugian sekitar Rp500 juta. Sementara, menindaklanjuti arahan Bupati Klungkung, para prajuru setempat segera ke gria untuk meminta petunjuk kepada sulinggih. Dari peristiwa itu, dipastikan tidak ada korban jiwa karena saat kejadian belum ada pamedek yang datang untuk melaksanakan persembahyangan.
Sebelumnya, angin kencang disertai hujan telah merobohkan tiga buah bangunan diarea jaba Pura Watu Klotok, Kecamatan Klungkung, Rabu (19/3) sore. Ketiga bangunan tersebut diantaranya Bale Gong, Bale Pesantian dan Bale Kulkul.
Pemangku setempat Jro Mangku Ketut Suantika melaporkan, musibah terjadi pada pukul 16.30 Wita. Diawali dengan hembusan angin kencang disertai hujan. Ketut Suantika bersama dua pengayah-nya saat itu kebetulan berada di areal utama mandala. (Bagiarta/balipost)