
DENPASAR, BALIPOST.com – Sebanyak 16 ogoh-ogoh terbaik diarak mengelilingi Patung Catur Muka, titik nol Denpasar pada Jumat (21/3). Dari ke-16 ogoh-ogoh tersebut dominan bertemakan sifat dan karakter manusia serta keseimbangan alam.
Tema yang diangkat ini menandakan para yowana menyadari perubahan karakter dan alam yang terjadi. Ketua ST Adhi Kusuma Komang Gede Dalem Carma Putra misalnya, ia menyadari bahwa terjadi perubahan lingkungan hingga menyebabkan perubahan watak manusia.
Hal itu pun diwujudkan dalam rupa ogoh-ogoh “Awadnya” yang menggunakan bahan-bahan alami yaitu kulit nanas dan kulit nangka. “Kita memakai dua bahan kulit yaitu kulit nangka dan nanas. Ide ini muncul dari anggota ST sendiri yang dirumuskan bersama-sama karena sampah menumpuk di Denpasar, maka kami ingin mengelola sampah itu dengan cara seperti ini,” ungkapnya.
Tahun ini merupakan kali kedua pihaknya masuk nominasi ogoh-ogoh terbaik setelah di 2023 pernah juga masuk nominasi.
Konseptor Awadnya, I Made Bagiastra ingin menyampaikan pesan agar para murid menghormati gurunya. Watak murid yang berubah akibat ketidakseimbangan alam.
Konseptor ogoh- ogoh Mawak dari Br. Antap, Panjer, Gus Sahrul memiliki ide yang sama yaitu tentang keseimbangan alam. Mawak berasal dari kata mala yang berarti kotor dan wak yang berarti darah. Mawak berarti darah yang kotor, sementara pada buana agung darah yang kotor dimanifestasikan dengan laut yang kotor..
“Konsep ini kami munculkan karena kami ingin mengingatkan kembali tentang keseimbangan Tri Hita Karana (THK). Kekotoran laut yang terjadi saat ini akibar kerusakan alam yang merupakan ulah manusia. Kemarahan alam akibat ketidakseimbangan ini dapat kita lihat dari banyaknya bencana alam yang terjadi,” tuturnya.
Selain itu, penggunaan bahan yang ramah lingkungan yaitu dari hasil kumpulan sendok kayu yang memberi aksen sisik pada raksasa, membuktikan bahwa ogoh- ogohnya merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Diakui, ini pertama kalinya ia lolos nominasi ogoh- ogoh terbain. Maka dari itu ia mengaku senang bisa membawa banjar Antap ke tingkat kota.
Meski sempat hujan dan menimbulkan kubangan lumpur di Lapangan Puputan, semangat Yowana Banjar Antap, Panjer tak surut. (Citta Maya/balipost)