Umat Muslim di Kampunv Singaraja melakukan tradisi magibung setelah Salat Idulfitri, Senin (31/3). (BP/yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Tradisi magibung di Kampung Muslim Singaraja masih lestari. Meski zaman sudah maju, masyarakat muslim di wilayah itu tetap menjalankan tradisi itu.

Suasana kebersamaan terlihat pada Senin (31/3). Umat melakukan tradisi magibung setelah Salat Idulfitri.

Tradisi yang ada sejak turun temurun ini tak pernah henti dilakukan sebagai bentuk mempererat tali silaturahmi.

Satu persatu jemaah berdatangan usai melaksanakan salat di di Masjid Nurrahman, Kampung Singaraja. Mereka duduk bersila berkelompok menikmati hidangan yang dipersiapkan secara sukarela oleh jemaah lainnya.

Baca juga:  Diminati Wisatawan, Upacara Tumpek Kandang di Uluwatu Bisa Jadi Atraksi Tambahan

Sejumlah menu pun dihidangkan, mulai dari nasi kuning, opor ayam hingga buah-buahan.

Salah satu tokoh masyarakat setempat, Agus Murjani menjelaskan tradisi magibung ini tak pernah henti dilaksanakan sejak ratusan tahun silam.

Bahkan tradisi ini tak hanya dilakukan oleh umat muslim, melainkan keluarga Puri Buleleng juga turut memeriahkan kegiatan ini. “Kami umat muslim dengan Puri Buleleng ada kaitannya. Jadi ketika megibung dilaksanakan, kami selalu mengundang keluarga Puri,” terangnya.

Baca juga:  Gudang Rongsokan di Penarukan Terbakar, Kerugian Capai 100 Juta

Hanya saja, dalam pelaksanaan kali ini, keluarga Puri Buleleng berhalangan hadir lantaran ada rangkaian Hari Raya Nyepi di Puri. Meski berhalangan hadir, Murjana menyebut Panglingsir Puri Buleleng berpesan agar pihaknya tetap melaksanakan tradisi tersebut, serta terus menjaga toleransi dan kondusifitas antar umat beragama.

“Di setiap kegiatan kami, kami selalu meminta petunjuk ke Puri Buleleng. Intinya kami di sini Nyama Selam, akan terus melestarikan tradisi ini,” imbuhnya.

Baca juga:  Buleleng Laporkan Nihil Tambahan Kasus Positif COVID-19

Lanjut Agus, Nyama Selam di Kampung Singaraja dan Puri Buleleng memiliki hubungan yang baik sejak tahun 1600-an.

Leluhurnya, kata Murjana, merupakan prajurit dari Blambangan.

Raja kemudian meminta para prajurit itu untuk membantu pengamanan di wilayah Bumi Panji Sakti. Sebagai hadiahnya Raja memberikan mereka lahan untuk tempat tinggal dan membangun masjid di sebelah puri, yang kini menjadi Kelurahan Kampung Singaraja. (Nyoman Yudha/balipost)

 

BAGIKAN