
MANGUPURA, BALIPOST.com – Cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini kembali memicu fenomena sampah kiriman di sejumlah pantai di Kabupaten Badung. Sampah tersebut mulai menepi sejak tiga hari sebelum pemelastian dan hingga kini masih bermunculan.
Untuk menangani masalah ini, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung bekerja sama dengan personel TNI dalam upaya pembersihan. Bahkan, untuk mempercepat penanganan, tim sempat bekerja lembur hingga pukul 21.00 WITA di Pantai Kuta. Setidaknya, sekitar 100 ton sampah kiriman laut.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Kebersihan dan Limbah B3 DLHK Badung, AA Gede Dalem, menjelaskan bahwa kemunculan kembali sampah kiriman ini dipicu oleh cuaca ekstrem yang sedang berlangsung.
Debelumnya, sampah kiriman sempat menghilang selama beberapa pekan, tetapi kemudian kembali muncul menjelang pemelastian. Hampir seluruh pantai di zona barat Kabupaten Badung kembali dipenuhi sampah kiriman. Bahkan, Pantai Cemagi yang pada fase sebelumnya relatif bersih kini juga terdampak.
“Fenomena ini sering terjadi saat badai melanda. Badai cenderung mengangkat sampah yang sebelumnya tersangkut di sungai dan membawanya ke laut sebelum akhirnya terdampar di pantai. Hampir tidak ada jeda antara fase pertama dan fase kedua. Fase kedua ini muncul menjelang pemelastian Tawur Kesange. Jenis sampah yang mendominasi adalah ranting dan kayu, sedangkan di Kedonganan lebih banyak ditemukan sampah plastik,” ujar Gede Dalem pada Kamis (3/4).
Sebelumnya, masyarakat mengira bahwa musim sampah kiriman telah berakhir setelah fase pertama. Namun, kenyataannya fenomena ini kembali terjadi, sehingga tahun ini mengalami dua fase musim sampah kiriman laut.
Pantai Labuan Sait Pecatu, yang dalam beberapa tahun terakhir tidak terkena dampak musim sampah kiriman, kini juga mengalami kondisi serupa. Berdasarkan data, total sampah kiriman yang telah ditangani sepanjang musim ini mencapai 3.500-3.600 ton, sejak akhir November 2024.
Karena fase kedua ini bertepatan dengan Festival Budaya di Desa Adat Kuta, tim kebersihan bahkan sempat bekerja lembur hingga pukul 22.00 WITA. Hingga saat ini, sampah laut di Pantai Kuta masih dikumpulkan di STO (stop over) sebelum diangkut ke TPA dan TPST Mengwi.
Proses pengangkutan diutamakan pada STO yang berada di kawasan terbuka agar sampah tidak semakin menyebar.
Koordinator Deteksi dan Evakuasi Sampah Laut (Desalut) DLHK Badung, I Made Gde Dwipayana, mengungkapkan bahwa volume sampah kiriman di fase kedua tidak sebesar puncak fase pertama pada Januari 2025. Saat ini, total rata-rata sampah yang menepi mencapai 100 ton di seluruh zona pantai barat.
Tiga wilayah yang paling terdampak adalah Pantai Kuta, Kedonganan, dan Jimbaran. “Saat ini sampah kiriman fase kedua sudah merata di seluruh pantai barat, tetapi kecenderungannya mulai menurun. Untuk di Kuta, sampah yang sudah dikumpulkan dari pesisir masih berada di STO. Medan di Kuta menjadi tantangan tersendiri karena kondisi pasir yang gembur, pasang air laut, serta abrasi yang terjadi,” pungkasnya. (Parwata/balipost)