DENPASAR, BALIPOST.com – Pengobatan komplementer semakin digandrungi masyarakat. Terlihat dari pengunjung yang mendaftar untuk mendapatkan pelayanan komplementer pada setiap Safari Kesehatan.

Pada Rabu (9/4), safari kesehatan diadakan di Banjar Belong Gede, Pemecutan, Denpasar. Antusias masyarakat menunggu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan komplementer, cukup tinggi.

Dosen keperawatan Poltekes Denpasar, Dr. Nyoman Ribek, S.Pd., S.Kep.,Ners., M.Pd., menuturkan, pasien pengobatan komplementer tak pernah sepi. “Peminatnya sangat tinggi. Rata-rata 30-50 pasien setiap kali ada acara safari kesehatan dengan pelayanan komplementer,” ujarnya.

Baca juga:  Pemandu Lagu Diadili Kasus Narkoba

Sejak setahun ia mengikuti safari kesehatan dengan memberikan layanan komplementer,. layanan ini bisa dilakukan dimana saja, tidak memerlukan ruang khususnya seperti di rumah sakit.

“Masyarakat yang selama ini mesti minum obat seumur hidup, dengan pengobatan komplementer itu sumbatan-sumbatan pembuluh darah dibersihkan sehingga mengurangi minum obat,” ujarnya.

Menurutnya pengobatan komplementer ini bersifat melengkapi pengobatan konvensional yang selama ini dilakukan, bukan menggantikan. Selain itu, pengobatan kompelementer juga bertujuan untuk mencegah agar tidak sampai sakit. “Misalnya kalau orang lupa minum obat kan tensi naik. Dengan pengobatan komplementer, jika lupa minum obat, maka tensi bisa tetap dijaga,” jelasnya.

Baca juga:  Dandim 1619/Tabanan Bagikan Masker ke Masyarakat

Kepala Puskesmas II Denpasar Utara dr. Ni Putu Ari Widayani mengatakan, pada safari kesehatan, puskesmas memberikan pilihan pada masyarakat baik pengobatan konvensional maupun komplementer.

Pengobatan komplementer diawali dengan cek tensi darah karena indikatornya dari tekanan darah. Sehingga lebih banyak dimanfaatkan untuk pencegahan hipertensi.

Pelayanan komplementer kini ada di setiap fasilitas kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit karena peyananan komplementer sedang digalakkan pemerintah. Terkait efektivitas pengobatan diakui belum bisa dibandingkan. “Namun sekarang tergantung pilihan masyarakat, mungkin ada yang lebih senang dengan pengobatan tradisional, komplementer ini,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Hidupkan Musik Keras dan Timbulkan Kerumunan, Kafe di Ubud Ditertibkan
BAGIKAN