
GIANYAR, BALIPOST.com – Warga atau krama Desa Adat Batursari sudah terkenal sebagai pembuat jajan Bali. Jajan Bali yang biasanya digunakan untuk sarana upacara di Bali, seperti begina dan uli, sangat dibutuhkan umat Hindu, terutama saat hari suci keagamaan, seperti Galungan dan Kuningan yang jatuh pada 23 April dan 3 Mei 2025, secara berurutan.
Menurut Bendesa (Kepala Desa Adat) Batursari, I Wayan Tika, Selasa (15/4), jelang Galungan dan Kuningan, pesanan jajan Bali mengalami peningkatan signifikan. Jajan yang berbahan dasar tepung beras dan ketan ini banyak diorder oleh masyarakat, tidak saja dari Gianyar, tapi hingga ke Klungkung dan kabupaten/kota lain di Bali. “Peningkatan pesanan menjelang Galungan dan Kuningan sangat tinggi. Kami sampai kewalahan memenuhi pesanan,” ungkap Tika yang juga merupakan salah satu pelaku usaha jajan Bali.
Ia menyebut produksi jajan Bali jelang Galungan dan Kuningan mencapai hampir 3 kali lipat dari hari normal. Jika hari normal membutuhkan 10 kilogram tepung beras untuk produksi, jelang Galungan dan Kuningan, kebutuhan tepung beras bisa mencapai 35 kilogram. Sedangkan bahan lainnya, seperti tepung ketan, gula aren, dan kelapa, juga meningkat sesuai dengan kebutuhan tepung beras.
Tingginya pesanan jajan Bali ini diakui Tika selalu terjadi tiap Galungan dan Kuningan maupun menjelang hari suci umat Hindu lainnya. Ini dikarenakan jajan Bali dari Batursari sudah terkenal sejak lama. “Kami menekuni usaha pembuatan jajan Bali ini sudah turun temurun, dari sejak zaman nenek moyang. Masyarakat Bali juga sudah tahu bahwa Batursari merupakan produsen jajan Bali. Istilahnya, desa kami ini memiliki taksu untuk urusan jajan Bali,” ungkapnya.
Ia pun bersyukur, usaha jajan Bali yang dikelola istrinya Ni Made Suaryasih mampu menyekolahkan dua anaknya hingga lulus sarjana. Meski keduanya sudah bekerja, mereka disebutnya membantu pembuatan jajan Bali jika ada waktu senggang.

Saat ini, ia mengatakan lebih dari 30 persen penduduk Batursari menekuni usaha pembuatan jajan Bali. Terdapat sekitar 35 KK yang menjalankan usaha rumahan ini dari 91 KK di desa adat itu. Tak sedikit dari mereka juga memperoleh kredit usaha rakyat (KUR) untuk mengembangkan usahanya.
Salah satu bank yang memberikan KUR di Batursari adalah BRI. Ia menyebut pinjaman KUR warganya bisa mencapai Rp50 juta. “Pelaku usaha yang memproleh pinjaman dari BRI biasanya diberikan pendampingan. Mantri akan datang ke rumah-rumah debitur untuk memberikan pendampingan,” sebutnya.
Selain meminjam lewat BRI, pelaku usaha jajan Bali di Batursari disebutnya menjalankan usaha dengan menyisihkan hasil penjualan. “Kalau tidak menggunakan KUR, krama kami biasanya menyisihkan uang hasil penjualan untuk modal,” ungkap Tika.

Ia mengaku punya keinginan mengembangkan usaha jajan Bali ini agar lebih dikenal lagi secara luas, tidak hanya di Bali namun hingga mancanegara. Ia pun menyebut prospek usaha jajan Bali ini ke depannya sangat baik, mengingat umat Hindu selalu membutuhkannya saat pelaksanaan upacara keagamaan. “Masyarakat Bali tidak mungkin melaksanakan yadnya (upacara keagamaan, red) tanpa ada jajan Bali,” ungkapnya.
Terkait KUR, di Provinsi Bali, pemerintah memberikan subsidi bunga untuk meringankan beban debitur. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali, serapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Pulau Dewata mencapai Rp10,81 triliun selama 2024 atau melonjak dibandingkan 2023 yang mencapai Rp8,93 triliun.
Menurut Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu di Denpasar belum lama ini, KUR disalurkan ke 137.591 debitur. Jumlah debitur itu juga lebih banyak dibandingkan pada 2023 mencapai sekitar 122 ribu orang debitur.

Penyaluran KUR didominasi oleh skema KUR Mikro (dengan plafon kredit Rp10 juta hingga Rp100 juta), yang mencapai Rp6,89 triliun dan disalurkan kepada 120.475 debitur.
Berdasarkan sektor usaha, penyaluran Kredit Program terbanyak berada di sektor perdagangan besar dan eceran (41,41%), diikuti sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan (18%), serta jasa kemasyarakatan, sosial, budaya, hiburan, dan perorangan lainnya (13%).
“Kami mendukung upaya penuh pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga dalam penyaluran dan pemanfaatan KUR,” ujarnya.
Sementara itu, BRI sebagai salah satu penyalur KUR menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sistem pembiayaan UMKM yang menjadi bagian dari program Asta Cita pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Regional CEO BRI Denpasar, Hery Noercahya, mengatakan pihaknya terus mendukung mendukung perekonomian masyarakat. Hal itu diwujudkan dalam bentuk prioritas penyaluran kredit usaha serta berbagai program pemberdayaan untuk mendukung pertumbuhan usaha.
Ia menyebut Bali dikenal sebagai wilayah yang banyak didukung oleh sektor usaha pariwisata, sehingga banyak pelaku usaha bergerak di bidang perhotelan dan berbagai sarana pendukung pariwisata. (Diah Dewi/balipost)