
DENPASAR, BALIPOST.com – “Berkat ajik (sebutan ayah untuk orang berkasta di Bali,red) dan BRI, saya bisa seperti sekarang ini. Bisa memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di Abang, Karangasem sehingga mereka punya pemasukan dan membantu perekonomian keluarga,” ujar Ketua Kelompok Wanita Sinar Mulya Abadi, Anak Agung Ayu Mahesarani Karang memulai wawancara, Rabu (16/4) sore.
Ia pun menuturkan peran kedua pihak itu dalam upayanya memberdayakan perempuan di Banjar Dinas Waliang, Desa Abang, Karangasem dengan menyulap batok kelapa menjadi kerajinan bernilai jual tinggi. “Saya sudah merintis upaya pemberdayaan perempuan lewat kerajinan batok kelapa sejak 2008,” ungkapnya mengenang.
Ketika menjadi perbekel (kepala desa) di Abang, ia getol memikirkan cara yang tepat untuk membantu perekonomian warganya, terutama para ibu. Ia mencari-cari bahan apa yang bisa dimanfaatkan untuk memulai usahanya memberdayakan IRT ini.
“Kebetulan saya kenal dengan seorang perajin batok kelapa asal Klungkung. Saya pun melihat batok kelapa cukup banyak tersedia di Abang dan biasanya tidak dimanfaatkan sehingga terbuang sia-sia,” sebut perempuan yang dua periode menjadi perbekel ini.
Dari sana, ia kemudian diajari oleh temannya untuk membuat keben dan bokor dari batok kelapa. Setelah mampu menghasilkan karya, ia pun mengajari ibu-ibu di desanya untuk mengolah batok kelapa menjadi produk kerajinan yang bernilai jual.

“Saat itu saya kesulitan modal dan menceritakan persoalan ini ke ajik. Ternyata ajik dengan senang hati membantu dan memberikan suntikan dana Rp 2 juta. Di zaman itu, uang segitu sudah cukup banyak. Saya bisa membeli bahan-bahan produksi dan melibatkan ibu-ibu untuk membuat kerajinan. Ajik sangat mendukung segala usaha yang saya tekuni,” ungkap perempuan yang tengah berduka ini karena sang ajik berpulang sekitar 2 minggu lalu.
Persoalan muncul setelah anggota kelompok wanita Sinar Mulya Abadi yang terbentuk di Januari 2008 menghasilkan sejumlah produk kerajinan. Tidak ada yang menyerap produk mereka.
Ia pun kembali memutar otak untuk menjual produk-produk yang telah dihasilkan. Bahkan, perempuan yang akrab disapa Rani ini rela menjajakan secara keliling produk yang dihasilkan, baik itu di Karangasem, Klungkung, hingga Denpasar.
Jerih payahnya berbuah manis. Dukungan sang ajik dan kerja kerasnya, membuat produk yang dihasilkan kelompoknya makin dikenal. Ia pun mulai memiliki reseller untuk memasarkan produk.
KUR dan Pendampingan
Seiring makin dikenalnya produk kerajinan batok kelapa milik kelompoknya, ia pun memerlukan dana untuk pengembangan usaha. Di sana lah, Bank BRI mulai terlibat dengan memberikan solusi lewat kredit usaha rakyat (KUR).
Tak hanya KUR, para perajin juga diberikan pendampingan usaha. Mereka dilatih untuk selalu berkreasi dan berinovasi dalam produksi sehingga pembeli tetap tertarik untuk membeli. “Kami berupaya untuk terus berinovasi dan mengembangkan produk serta mengikuti tren agar tidak monoton,” paparnya.
Di usianya yang ke-17 tahun, kelompoknya telah memproduksi tas, tempat permen, tempat tisu, tempat buah, tempat air minum, keben, bokor, dulang, dan lain-lain yang berbahan batok kelapa. Produk kerajinannya juga sudah dijual hingga luar Bali bahkan mancanegara.

“Semenjak didampingi BRI, usaha yang kami tekuni mampu mencapai peningkatan penjualan. Reseller juga makin banyak karena BRI selalu melibatkan kami jika ada pameran, begitu pula kini pemerintah kabupaten dan provinsi juga sudah mulai melibatkan saat ada pameran, seperti Pesta Kesenian Bali pada 2024. Kami mengucapkan terima kasih karena ada peningkatan berkat BRI,” urai Rani yang mengaku telah memiliki 6 reseller.
Pendampingan yang dilakukan BRI juga berbuah prestasi bagi kelompok ini. Sinar Mulya Abadi berhasil meraih juara I kompetisi pemberdayaan perempuan se-Indonesia yang diadakan BRI.
“Jumlah anggota kelompok yang awalnya 26 orang saat ini mencapai sekitar 40-an. Kami juga dibantu oleh sejumlah anak dari anggota kelompok yang ikut bekerja dengan ibu mereka ditambah beberapa pekerja laki-laki,” sebut Rani.
BRI juga disebutnya memberikan bantuan berupa alat produksi dan etalase dari BRI senilai Rp70 juta. Dengan bantuan etalase, kelompoknya bisa memajang hasil kerajinan yang selama ini dihasilkan sehingga pembeli bisa dengan mudah memilih sesuai keinginannya.
“Kami memperoleh bantuan senilai Rp 70 juta berupa 8 etalase, gunting rotan, jarum, benang, dan gerinda serta pelatihan dari BRI Peduli. Bahkan, berkat bantuan dari BRI Peduli, omzet kami jadi semakin meningkat dan menyentuh di kisaran Rp 25 juta per bulan,” kata Rani.
Pesanan Meningkat
Jelang perayaan Galungan yang jatuh pada Rabu (23/4), pemesanan bokor maupun keben mengalami peningkatan. Di tahun ini, ia mengakui ada sedikit penyesuaian harga yang harus dilakukannya mengingat kelapa menjadi salah satu komoditi yang langka dan mahal.
Namun, penyesuaian harga ini tak sampai membuat pelanggannya urung memesan karena ia mempunyai pemasok batok kelapa yang telah lama menjalin kerja sama. Keuntungannya pun terpaksa dipangkas guna menyiasati lonjakan harga kelapa ini.
Seiring meningkatnya pesanan, ia mengaku kewalahan, terutama dalam hal pengecatan bahan baku. Sebab, pengerjaannya masih dilakukan manual.

“Saat ini kami sangat membutuhkan alat kompressor untuk proses pengecatan. Kalau ada alat kompressor, pengecatan tidak akan makan waktu berhari-hari seperti saat ini. Kami pun bisa meningkatkan produksi dan membantu lebih banyak lagi ibu-ibu di Abang. Semoga BRI berkenan memberikan bantuan kembali,” harapnya.
Terpisah, Regional CEO BRI Denpasar, Hery Noercahya mengatakan pihaknya getol memberikan dukungan terhadap pertumbuhan sektor UMKM di Bali, baik lewat KUR maupun bantuan alat produksi.
Bantuan alat produksi dan etalase kepada kelompok Sinar Mulya Abadi disebutnya merupakan salah satu upaya BRI dalam mendukung program pemberdayaan perempuan.
“Diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan memunculkan embrio-embrio UMKM baru,” ujarnya.
Ia juga berharap muncul lebih banyak lagi kelompok-kelompok pemberdayaan perempuan yang menjadi wadah dan memberikan dampak ekonomi positif bagi kaum perempuan dan keluarganya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali mencatat serapan KUR di Pulau Dewata mencapai Rp10,81 triliun selama 2024 atau melonjak dibandingkan 2023 yang mencapai Rp8,93 triliun.
Adapun realisasi Kredit Usaha Rakyat itu diterima oleh 137.591 debitur dan melebihi target penyaluran KUR selama 2023 yang mencapai sebesar Rp8,91 triliun. Jumlah debitur itu juga lebih banyak dibandingkan pada 2023 mencapai sekitar 122 ribu orang debitur.
Realisasi KUR terbesar di Bali diserap pelaku usaha yang bergerak di sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 41 persen, kemudian sektor pertanian (18 persen) dan industri pengolahan (12 persen). (Diah Dewi/balipost)