
DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam “Nyampaht Bali” di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar yang diselenggarakan Komunitas Malu Dong, Kamis (17/4), generasi muda banyak berperan aktif menunjukkan kepedulian menjaga kebersihan.
Acara yang merupakan perayaan HUT ke-16 Komunitas Malu Dong ini diisi beragam acara.
Salah satunya, pertunjukan Teater Bagol, kelompok teater ekstrakurikuler dari SMK TI Bali Global Denpasar. Mereka membawakan pertunjukan bertemakan sampah dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
“Kami diundang dari komunitas Malu Dong untuk pentas, untuk temen-temen atau anggota kami semua dari sekolah kami,” ujar I Wayan Lanang Iswitara, salah satu anggota Teater Bagol yang ditemui di Gedung Dharma Negara Alaya, Kamis (17/4).
Lanang menjelaskan persiapan dengan latihan rutin dilakukan sekitar satu bulan. Pertunjukan tersebut melibatkan puluhan anggota kelompok teater itu.
“Dari tema tadi ada pesan khusus untuk penonton, yaitu tetap jaga lingkungan agar lingkungan itu tetap bersih, agar tidak ada nyamuk demam berdarah yang berkembang. Intinya tetap jaga lingkungan saja,” tambahnya.
Penampilan ini merupakan hasil kolaborasi antara SMK TI Bali Global Denpasar dan komunitas Malu Dong. Lanang juga menyampaikan harapan agar komunitas tersebut terus melibatkan mereka di acara-acara selanjutnya.
“Semoga komunitas Malu Dong tetap mengundang kami lagi di setiap event-event yang akan datang, biar teater semakin banyak peminatnya,” katanya.
Selain pertunjukan teater, acara ini juga dimeriahkan dengan pameran karya dari Pesonaplastic, yang menampilkan berbagai produk daur ulang dari sampah plastik. Salah satu tim dari Pesonaplastic yang hadir adalah I Dewa Agung Ary Krisna (20), yang memamerkan furnitur dan aksesori dari sampah plastik.
“Produk daur ulang ini dihasilkan dari limbah sampah plastik,” ujarnya.
Dengan mengusung tema Weaving Together, Pesonaplastic ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap bahaya sampah sekaligus menunjukkan bahwa sampah plastik bisa diolah menjadi produk yang berguna.
Bahan yang digunakan antara lain jenis plastik HDPE, LDPE, dan PP yang mereka kumpulkan dari masyarakat dan banjar-banjar sekitar.
“Untuk kesulitan dalam pembuatan karya, mungkin dari kualitas sampah, permintaan pelanggan tentang warna produk yang kami sulit temui di dalam limbah, karena produk kami dari warna alami limbah plastik, dan lainnya,” jelas Krisna.
Ia pun berharap karya dan cerita dari Pesonaplastic dapat menginspirasi masyarakat Bali untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
“Harapan kami dari Pesonaplastic ialah semoga cerita kami di Pesonaplastic bisa menginspirasi masyarakat khususnya di Bali agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar,” tutupnya. (Pande Paron/balipost)