Salah seorang kasir di supermarket yang berlokasi di Denpasar sedang memasukkan transaksi konsumen menggunakan mesin EDC BRI yang sudah dilengkapi fitur NFC untuk QRIS TAP. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di pertengahan Maret, tepatnya 14 Maret 2025, Bank Indonesia (BI) resmi meluncurkan layanan pembayaran QRIS Tanpa Pindai (TAP) berbasis Near Field Communication (NFC).

Sistem kerjanya memungkinkan pengguna menempelkan ponsel ke mesin pemindai saat membayar belanjaan, KRL maupun MRT.

Salah satu bank BUMN yang ikut menghadirkan dalam upaya mendukung implementasi transaksi tanpa uang tunai ini adalah BRI. Bank plat merah ini menghadirkannya untuk pelanggan mereka agar memudahkan transaksi tanpa perlu memindai QR code.

Cukup menempelkan ponsel ke mesin EDC BRI, transaksi menjadi lebih cepat, praktis, dan efisien.

Menurut Regional CEO BRI Denpasar Hery Noercahya, Kamis (17/4), QRIS TAP sudah bisa digunakan di wilayah kerja RO Denpasar. “Saat ini sudah dapat digunakan di berbagai merchant yang memiliki mesin EDC BRI yang mendukung fitur NFC (Near Field Communication) di wilayah Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB),” ungkap Hery dalam keterangan tertulis.

Ia menambahkan seluruh EDC merchant BRI RO Denpasar sudah di-update untuk QRIS TAP. Prioritas utama saat ini adalah mendorong implementasi QRIS TAP pada merchant EDC yang aktif bertransaksi.

Pihaknya juga aktif melakukan sosialisasi QRIS TAP. Sementara ini, ia menegaskan pihaknya berupaya mendorong implementasi QRIS TAP pada 3.600 merchant EDC yang aktif bertransaksi.

Baca juga:  BRI Raih Penghargaan HR Asia Best Companies to Work For in Asia 2023

Hery mengatakan per Desember 2024, terdapat 181.359 merchant yang menggunakan QRIS BRI. Rinciannya, wilayah Bali sebanyak 111.462 pengguna, NTT 34.527 pengguna, dan NTB 35.370 pengguna. Tiga jenis usaha terbanyak yang menggunakan QRIS, yakni kebutuhan pangan, makanan dan minuman, dan fashion.

Ilustrasi pemanfaatan QRIS TAP dari BRImo di salah satu merchant yang menyediakan layanan ini. (BP/Dokumen BRI)

Salah seorang pengguna QRIS BRI, Winata, mengaku telah menggunakan QRIS TAP dalam bertransaksi. Ia pun menilai sistem ini jauh lebih praktis dibandingkan scan QRIS yang selama ini tersedia.

“Saya pernah coba belanja di salah satu supermarket menggunakan QRIS TAP. Ternyata cukup mudah penggunaannya, tinggal buka aplikasi BRImo, klik fitur “tap to pay” yang ada di beranda aplikasi itu dan ikuti instruksinya,” ujar pria asal Klungkung ini.

Ia juga menyebut masih perlu sosialisasi yang kontinyu agar masyarakat mengetahui tentang sistem pembayaran ini.

Sejak peluncurannya di Maret lalu, ia melihat belum banyak merchant yang menawarkan konsumennya untuk membayar dengan QRIS TAP. Padahal, dari pengamatannya, mesin EDC yang digunakan sudah mendukung pembayaran NFC.

Perlu Langkah Kolaboratif

Terkait implementasi QRIS TAP, pengamat perbankan Trisno Nugroho mengapresiasi langkah yang telah dilakukan dengan menghadirkan teknologi berbasis NFC ini.

Baca juga:  Puluhan Siswa Ikuti Kemah Budaya

Trisno yang sebelumnya pernah menjadi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali ini menyebut implementasi QRIS TAP merupakan langkah maju dalam pengembangan ekosistem pembayaran digital di Indonesia.

Namun, keberhasilan sistem pembayaran ini akan sangat bergantung pada upaya kolaboratif antara BI, penyedia jasa pembayaran, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memastikan bahwa inovasi ini dapat diadopsi secara merata dan memberikan manfaat nyata bagi semua pihak.

Ia melihat penerapan teknologi NFC ini berpeluang meningkatkan jumlah pengguna QRIS, terutama jika didukung oleh beberapa faktor strategis.

Pertama, sosialisasi yang masif menjadi kunci utama keberhasilan adopsi teknologi ini. BI dan penyedia layanan pembayaran perlu gencar melakukan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat, cara kerja, serta kemudahan yang ditawarkan oleh QRIS TAP.

“Sosialisasi ini harus mencakup berbagai segmen masyarakat, termasuk masyarakat perkotaan maupun pedesaan, untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat memahami nilai tambah dari teknologi ini,” paparnya belum lama ini.

Salah seorang pengguna QRIS BRI melakukan pembayaran dengan scan QR Code di salah satu merchant yang EDC-nya sudah menyediakan teknologi NFC untuk QRIS TAP. (BP/iah)

Kedua, adopsi teknologi NFC akan semakin meluas seiring dengan meningkatnya penetrasi ponsel pintar yang dilengkapi fitur NFC di pasar Indonesia.

Saat ini, sebagian besar ponsel keluaran terbaru telah mendukung NFC, sehingga jumlah pengguna potensial QRIS TAP diprediksi akan terus bertambah.

Baca juga:  Lakalantas di Delod Berawah, Dua Tewas

“Namun, untuk mempercepat adopsi, diperlukan kolaborasi antara produsen ponsel, operator telekomunikasi, dan penyedia layanan pembayaran untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat diakses oleh lebih banyak orang,” ujarnya.

Ketiga, dukungan dari pelaku usaha, terutama UMKM dan minimarket, juga akan memainkan peran penting dalam meningkatkan penggunaan QRIS Tap.

Jika pelaku usaha mulai mengadopsi teknologi ini, konsumen akan terbiasa menggunakannya dalam transaksi sehari-hari. Hal ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan konsumen tetapi juga membantu pelaku usaha meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing mereka.

“Namun, tantangan utama yang perlu diatasi adalah masih ada sebagian masyarakat yang belum familiar dengan teknologi NFC atau belum memiliki ponsel yang mendukung fitur tersebut,” tutupnya.

Mengutip data BI Bali, penggunan QRIS mengalami peningkatan cukup signifikan dari 993 ribu pada 2023 menjadi 1,08 juta pada 2024. Ada sebanyak 90.607 pengguna baru atau tumbuh 9,12 persen.

Di 2025 ini, BI menargetkan pertumbuhan QRIS di Bali mencapai 1,1 juta pengguna.

Dari sisi merchant, BI mencatat jumlahnya sebanyak 912.735 gerai atau tumbuh 15,25 persen dibandingkan 2023. Nominal transaksi QRIS di Pulau Dewata juga tumbuh 144 persen menjadi Rp15,17 triliun dengan volume transaksi mencapai 111,5 juta transaksi. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN