DENPASAR, BALIPOST.com – Setelah hampir empat tahun berproses, akhirnya Pura Desa, Puseh dan Bale Agung Desa Adat Sesetan akan segera rampung. Saat ini pembangunannya telah mencapai 99 persen.

Bendesa Adat Sesetan, I Made Widra mengatakan pembangunan fisik Pura Desa, Puseh dan Bale Agung telah dilakukan sejak 2021.

Pembangunan fisik besar-besaran dilakukan karena sebelumnya terjadi gempa. Akibat gempa, bangunan puri agungnya runtuh, lalu direncanakan diperbaiki, tapi ada paruman dan diputuskan untuk perbaikan total.

Baca juga:  Lebih dari 2 Bulan Tak Turun Hujan, 5 Kecamatan di Bali Berstatus "Awas" Kekeringan

Total biaya yang dihabiskan awalnya diprediksi Rp11 miliar, namun setelah berjalannya pembangunan hingga saat ini menghabiskan anggaran Rp12 miliar. Hingga saat ini kemajuan fisik 99 persen, tinggal kaki tembok saja.

Ia pun mengapresiasi niat dan semangat krama desa adat karena hingga saat ini telah mampu menyelesaikan pembangunan total Pura Kahyangan Desa itu.

Selain Pura Desa, Pura Puseh dan Bale Agung, desa adat juga memperbaiki pura lainnya diantaranya Pura Ulun Danu dan Pura Belong.

Baca juga:  Desa Adat Kusamba Maksimalkan Kegiatan Pasraman

Pembangunan pura tersebut menghabiskan anggaran sekitar Rp1,6 miliar. Di sana juga sudah membangun fisik dan sudah hampir selesai.

Ada lagi Pura Prajapati yang juga akan dibangun fisiknya. Pembangunan pura tersebut dilakukan karena bangunan sudah tua.

Ditambah ada bangunan di sebelahnya yang lebih tinggi sehingga Pura Prajapati perlu direhabilitasi. Pembangunan pura yang akan dimulai Juli ini diperkirakan menghabiskan anggaran Rp1,4 miliar.

Selain pura, Desa Adat Sesetan juga akan memperbaiki Kantor LPD Sesetan yang diperkirakan menghabiskan anggaran Rp9 miliar.

Baca juga:  Radikalisme Embrio Lahirnya Terorisme

Sehingga total biaya pembangunan fisik di Desa Adat Sesetan mencapai Rp26 miliar.

Pembangunan fisik ini merupakan salah satu program desa adat dalam kerangka Tri Hita Karana.

Salah satunya di bidang parahyangan untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan Tuhan. Dengan bangunan fisik yang representatif, diharapkan krama desa dapat menjalankan kegiatan agama dengan lebih khusyuk. (Citta Maya/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN