alat
Salah satu jenis uang kepeng kuno koleksi Dewa Putra Hartawan. (BP/ina)
BANGLI, BALIPOST.com- Uang kepeng atau pis bolong yang pernah menjadi alat pembayaran sah di Bali selama lebih dari 700 tahun memiliki beragam ukuran dan tulisan. Namun tak banyak yang tahu bahwa tulisan yang tersurat pada uang kepeng mengandung doa dan permohonan yang berbeda-beda. Tulisan tersebut biasanya dibuat sesuai dengan harapan dinasti yang mengeluarkannya.

Kolektor uang kepeng yang juga dosen luar biasa Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya Unud, Dewa Putra Hartawan menjelaskan, uang kepeng yang pernah menjadi alat pembayaran sah di Bali berasal dari sejumlah negara diantaranya Cina, Vietnam, Jepang dan Korea.

Baca juga:  Stok Uang di BI Cukup Untuk 2 -3 Bulan

Uang kepeng yang pertama kali dipakai sebagai alat transaksi di Bali adalah uang kepeng yang dibuat pada zaman Dinasti Han di Cina tahun 178 sebelum masehi. “Uang kepeng masuk dari Cina ke Bali karena adanya kontak dagang,” terangnya saat ditemui di stan pameran uang kepeng di Lapangan Kapten Mudita Bangli.

Dia mengatakan bahwa meski dikeluarkan oleh Cina, namun tak banyak yang memperhatikan bahwa tulisan yang terdapat dalam uang kepeng sebenarnya berbeda-beda. Tulisan pada uang kepeng tidak dibuat sembarangan. Biasanya tulisan tersebut dibuat dengan harapan berbeda sesuai dinasti yang mengeluarkannya.

Baca juga:  CPU dan Uang di Kantor Desa Singapadu Tengah Digasak Pencuri

Putra Hartawan mengatakan, secara umum, tulisan pada uang kepeng mengandung doa dan harapan yakni kedamaian dan keselamatan. “Jadi setiap dinasti mengeluarkan uang kepeng dengan tulisan yang berbeda. Harapannya agar selama masa selama masa pemerintahan dinasti tersebut bisa damai atau selamat sesuai tulisan yang dibuat pada uang kepengnya,” terangnya.

Dikatakan Putra Hartawan uang kepeng Cina yang terakhir kali ditemukan beredar di Bali bertahun 1875 dengan tulisan Guang Xu. Oleh masyarakat uang kepeng tersebut banyak disebut-dengan pis konci. “Selain Cina, Jepang, Korea, raja-raja di Bali juga pernah mengeluarkan uang kepeng haya saja tidak dijadikan alat pembayaran. Uang kepeng yang dikeluarkan Raja di Bali biasanya berisi gambar-gambar hanya dijadikan sebagai peringatan atau berfungsi magis,” ujarnya.

Baca juga:  Bupati Gianyar Yakinkan Instruksi Peniadaan Pungutan PPDB "Tak Ompong"

Dia mengatakan bahwa uang kepeng mulai sudah tidak lagi dijadikan alat transaksi di Bali sekitar tahun 1950-an. Meski sudah tak jadi alat bayar namun uang kepeng diakuinya tetap memiliki keistimewaan yakni dengan tetap dimanfaatkan masyarakat di Bali sebagai sarana upacara. (dayu rina/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. wah sangat menambah wawasan. sebagai warga bali yang terlahir di jaman modern, sangat kurang sekali informasi seperti ini. padahal hal seperti ini yang harusnya banyak diceritakan dan dikembangkan. sebagai mahluk yang hidup yang akan meninggalkan sejarah dan nama, memang sebaiknya banyak membaca hal seperti ini. selain memberi hiburan pikiran juga bisa menambah wawasan, ketimbang nonton gosip ngurusin kehidupan orang lain yang asal usul dan endingnya ga jelas.

    mungkin bisa ditambahkan kenapa uang kepeng masih sangat erat hybunganya dengan beberapa ritual dan upacara di bali.

    apakah yang dipakai uang kepeng cina, jepang, korea dan bali dalam upacara di bali, atau mungkin ada hubungannya dengan tulisan doa harapan damai dan selamat yang digunakan sehingga uang kepeng sering digunakan.

    dan bagaimana tentang uang kepeng arjuna dll. seperti yang banyak beredar di kalayak umum, memiliki fungsi sebagai pemikat wanita dan apakah itu fakta atau mitos.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *