DENPASAR, BALIPOST.com – Ditinjau dari nilai transaksi, total nilai transaksi seluruh KUPVA BB di Bali pada 2016 mengalami kenaikan. Kenaikannya sebesar 5,78 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun 2015 mencapai Rp 29,4 triliun. Sedangkan pada 2016, total transaksi jual beli valas mencapai Rp 31 triliun.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Causa Iman Karana mengatakan, ke depan, prospek KUPVA BB diperkirakan akan tumbuh melambat. Sebabnya antara lain semakin berkembangnya sarana pembayaran nontunai dan banyak wisman yang melakukan penarikan rupiah melalui mesin ATM.
“Perlu kami ingatkan kembali bahwa industri KUPVA BB sangat rentan untuk dijadikan sebagai sarana dalam berbagai modus kejahatan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Penyelenggara KUPVA BB agar selalu menerapkan CDD (Customer Due Diligence) dan EDD (Enhanced Due Diligence) dalam setiap transaksinya. Salah satunya dengan melakukan pencatatan identitas nasabah serta menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Tunai (TKT) dan Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM) secara benar dan akurat kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Sampai dengan Januari 2017, total Penyelenggara KUPVA BB yang tercatat dalam database Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali berjumlah 689 kantor. Terdiri dari 142 Kantor Pusat (KP) dan 547 Kantor Cabang (KC). Meningkat 78 kantor atau 13 persen dibandingkan akhir tahun 2015 sebanyak 611 kantor, dengan masing-masing peningkatan sebanyak 10 KP dan 68 KC.
Dominasi sebaran terbesar berada di Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar, dengan masing-masing pangsa sebesar 70 persen, 12 persen, 10 persen, dan sisanya 5 persen tersebar di Kabupaten Buleleng, Karangasem serta Tabanan dan 3 persen diluar Bali. (Citta Maya/balipost)