Wisatawan memadati Garuda Wisnu Kencana, salah satu destinasi di Bali. (BP/edi)
DENPASAR, BALIPOST.com – Persaingan di sektor pariwisata harus dicermati dari berbagai sisi. Selain pembenahan destinasi dan layanan infrastruktur, promosi pariwisata juga harus efektif.

Bagi Indonesia, promosi pariwisata harus tetap menjadikan Bali sebagai ikon promosi. Cara ini jauh lebih efektif dibandingkan dengan mempromosikan objek baru dengan anggaran besar namun tak berefek.

Pemikiran itu dlontarkan Ketua Umum Kadin Bali A.A. Ngurah Alit Wiraputra merespons pengembangan parwisata nasional belakangan ini. Ia mengatakan pariwisata merupakan salah satu cara cepat yang bisa diharapkan mengatasi kelesuan ekonomi.

Untuk itu, promosi pariwisata ke depan harus benar-benar memiliki efek positif. “Kedatangan Raja Arab Saudi ini bisa menjadi bukti, bahwa Bali masih menjadi pilihan pariwisata strategis dari berbagai kalangan. Ini juga patut dicatat bahwa Bali merupakan ikon pariwisata nasional yang bisa menggerakkan popularitas objek wisata lainnya di negeri ini,” ujarnya.

Baca juga:  Vokasi Diperbanyak, Guru Jangan Hanya Tahu Teori
Mencermati potensi Bali dan daya tarik Bali bagi wisatawan asing, mestinya Kementerian Pariwisata menjadikan Bali sebagai ikon. “Wonderful Indonesia yang kini gencar disuarakan di luar negeri mestinya memposisikan Bali sebagai daya tarik. Bali mestinya bisa menjadi unggulan promosi. Dari Bali kemudian wisatawan disebar,” sarannya.

Dengan cara ini, Kadin Bali melihat efektivitas promosi akan lebih terukur. Ia menegaskan dengan keindahan alam, keramahtamahan masyarakatnya, adat dan kebudayaan serta keseniannya yang bernafaskan Hindu, Bali menjadi tempat yang ramah dan nyaman bagi semua kalangan. Bali juga telah menjadi pulau sumber inpirasi pariwisata dunia. “Bali masih merupakan destinasi pariwisata utama dunia. Dalam promosi pariwisata, Indonesia harus menjadikan Bali sebagai ikon utama. Kadin Bali sangat berharap ada pergeseran model promosi pariwisata nasional yang membuat posisi Bali semakin strategis dalam pengembangan pariwisata nasional,” sarannya.

Baca juga:  APBD 2019 Disahkan, Ini Program Prioritas Koster-Ace yang Diakomodir

Sementara itu, Ketua Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali. Dr. I Gusti Kade Sutawa mengatakan secara nasional, pengelolaan pariwisata perlu banyak pembenahan. Indonesia tak bisa hanya mematok angka kunjungan yang mencapai 20 juta orang tanpa melakuan pemetaan atas kontribusi dan manfaatnya bagi pariwisata nasional. “Saya yakin, sampai kapanpun pariwisata perlu promosi. Strategi promosi inilah yang harus dioptimalkan melibatkan pelaku di bidangnya. Pengelolaan pariwisata tak bisa haya mengandalkan estimasi pasar tanpa mengkorelasikannya dengan potensi yang kita miliki,” ujarnya.

Baca juga:  Kembali Tabanan Laporkan PDP Belum Keluar Hasil Swab Meninggal, Dikubur Sesuai Protap COVID-19

Ia juga menyarakan agar Indonesia segera membuat grand design pariwisata nasional, sehingga pendekatan pengembangan pariwisata lebih proporsional dan professional. Ia juga mengakui bahwa pemerintah sudah sepantasnya memberikan kontribusi dan perhatian lebih terhadap pariwisata Bali, mengingat posisinya sebagai ikon pariwisata nasional. “Wisatawan lebih mengenal Bali dari pada pariwisata Indonesia. Dengan menjadikan Bali sebagai salah ikon promosi, tentu nilai jualnya aan lebih efektif ketimbang berdasarkan produk baru yang belum dkenal. Dari Bali ekonomi nasional bisa dibangun. Jika pariwisata Bali bergerak dan stabil saya yakin pariwisata lainnya di Indonesia akan makin dikenal,” ujarnya. (Dira Arsana/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *