SINGARAJA, BALIPOST.com – Lahan pertanian di Dusun Buyan dan Dasong, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada yang terendam air Danau Buyan yang pasang, meluas. Atas kondisi tersebut, petani pun semakin menjerit lantaran kerugian yang diderita semakin besar.
Berdasarkan data yang disampaikan Dinas Pertanian Buleleng pada pertengahan Februari lalu, lahan yang terendam sekitar 25 hektar. Namun, saat pertemuan bersama sejumlah kelompok petani, Rabu (8/3), laporan terbaru dari Klian Dusun Dasong, Made Suartana menyatakan lahan yang terendam sudah sekitar 35 hektar.
Kondisi tersebut mengakibatkan 57 petani kehilangan sumber pendapatannya. Fenomena itu, berlangsung setiap lima tahun. Sebagai bentuk antisipasi, satu-satunya cara menurutnya adalah dilakukan pengerukan pada danau buyan yang kini sudah mengalami sedimentasi. “Itu satu-satunya cara yang bisa untuk menangani ini. Danau sekarang sudah mengalami pendangkalan,” tegasnya.
Rencana penataan danau yang masuk sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) itu dari pemerintah sudah santer didengar. Hal tersebut diharapkan tak sekadar wacana. “Kami sangat mengharapkan program itu bisa jalan. Ini juga penting kaitannya untuk pariwisata. Kalau sekarang yang ada hanya pembersihan gulma,” tandasnya.
Sementara itu, Klian Dusun Buyan, Gede Ada Putra mempertanyakan bantuan yang diberikan pemerintah kabupaten kepada petani. Itu tak hanya terbatas pada lahan yang terendam air danau, tetapi juga yang dilanda banjir bandang pada Desember 2016 dan Februari lalu. “Sebagian besar lahan warga kami terdampak bencana itu. Beberapa waktu lalu ada informasi akan dapat bantuan. Seperti apa bantuannya? Kami minta penjelasan,” ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Nyoman Swatantra menyampaikan berdasarkan hasil pertemuan, kelompok petani ada yang mengusulkan permohonan bibit unggul, salah satunya stroberi. Hal tersebut diperlukan komunikasi lebih lanjut dengan sentra pembibitan. Sementara untuk lahan yang terendam air danau, pihaknya akan turun melakukan pemantauan. “Kalau untuk bantuan bibit, paling baru bisa 2018. Sekarang tahun anggarannya kan sudah lewat,” tandasnya. (sosiawan/balipost)