BANGLI, BALIPOST.com – Keberhasilan Tim Saber Pungli Kabupaten Bangli yang menciduk sepuluh petugas pungut retribusi pariwisata dan satu juru parkir di pasar Kintamani dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan beberapa waktu lalu, dinilai masih belum memuaskan. Pasalnya kasus-kasus yang diungkap tersebut masih sebatas kasus kategori kecil, belum mampu menyentuh pungli skala besar.
Ketua LSM Bangli Society Watch Nyoman Japa kepada Bali Post Rabu (8/3) mengaku cukup mengapresiasi kinerja Tim Saber Pungli Kabupaten Bangli selama ini yang telah berhasil membongkar praktik-praktik pungli di masyarakat.
Namun demikian dirinya menilai kinerja yang ditunjukan Tim Saber Pungli di kabupaten berhawa sejuh ini masih belum maksimal. Sebab kasus pungli yang diungkap dinilainya hanya yang skalanya kecil alias ecek-ecek, belum menyentuh pungli kelas besar. “Yang diungkap hanya kasus kecil. Padahal banyak kasus yang yang kerugiannya lebih parah lagi dari itu,” terangnya.
Japa mengungkapkan, sebagaimana rumor-rumor yang selama ini berkembang, pungutan liar di Kabupaten Bangli sejatinya masih banyak terjadi. Salah satunya pada proyek-proyek pembangunan pemerintah. Namun hal itu belum pernah ada yang menyentuh.
Japa bahkan menyebutkan pungli pada proyek pembangunan sudah sangat massif terjadi dan sudah menjadi rahasia umum. “Coba tanya teman-teman di Gapensi, apa benar proyek yang tahun depan sudah dimintai 30 persen. Dari dulu hal itu sudah ada di Bangli. Ini yang sebenarnya harus ditelusuri,” jelasnya.
Kedepannya Japa meminta Tim Saber Pungli yang dibentuk di Bangli tahun 2016 lalu kinerjanya tidak hangat-hangat tahi ayam dan hanya menyasar pungli kelas bawah. Dia juga berharap Tim Saber Pungli sekedar melakukan OTT sebagai formalitas untuk menunjukan keberadaan Tim di masyarakat.
“Jangan kesannya hanya dijadikan formalitas saja. Ini lo sudah ada Tim Saber Pungli di Bangli dan sudah bekerja, ini buktinya ada yang tertangkap. Kita harapkan Tim benar-benar menunjukan kinerja dan tidak hanya menyasar pungli kelas bawah,” harapnya. (eka prananda/balipost)