Seorang siswa SMKN 3 Singaraja Putu DEP meninggal dunia di RSUD Buleleng karena diduga menderita penyakit Demam Berdarah (DB). (BP/mud)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Malang nasib dialami siswa kelas III SMKN 3 Singaraja Putu Dodi Eka Pratama (17) warga Dusun Wita Jati, Desa Selat, Kecamatan Sukasada. Diduga menderita penyakit Demam Berdarah (DB), Putu Dodi dinyatakan meninggal dunia Rabu (8/3) lalu di ruang ICU RSUD Buleleng.

Sebelum kejadian ini, almarhum mengeluh badannya panas, kepala pusing, hingga muntah dan berak darah di rumahnya.

Putu merupakan anak pertama dari pasangan suami istri  Gede Mudita dan Luh Merta. Sehari-hari almarhum bersama kaluarganya tinggal di rumahnya yang dikelilingi kebun cengkeh rimbun. Sebelum jatuh sakit, almarhum aktif di sekeha teruna di desanya. Dia juga dikenal sebagai anak yang rajin dan tidak pernah melawan nasehat kedua orangtuanya.

Bibi almarhum Ketut Redani di rumah duka Kamis (9/3) menuturkan, sebelum mengeluh sakit, almarhum masih bisa bersekolah. Pada Sabtu (4/3) lalu almarhum mengeluh badannya panas disertai kepala pusing. Orangtuanya kemudian memeriksa kesehatan almarhum ke dokter di Puskemas Pembantu (Postu) di Desa Selat.

Baca juga:  Bali Tambah Kasus COVID-19 di Atas 350 Orang

Saat itu dokter memberikan obat dan sakit panas dan pusing itu berangsur pulih. “Setelah diajak berobat ke mantri di desa sakitnya sembuh dan bisa ke sekolah,” katanya.

Pada Selasa (6/3) lalu almarhum kembali mengeluh badanya panas dan kepala pusing. Almarhum juga muntah darah dan diikuti mengeluarkan berak darah. Melihat kejadian itu, orangtuanya kembali memeriksakan ke dokter di Postu Selat.

Dokter kemudian menyarankan agar almarhum dirujuk ke rumah sakit karena kondisi kesehatannya kritis. Saat itu alamarhum berobat ke rumah sakit dan menjalani opname. Saat di rawat oleh dokter di RSUD Buleleng kondisnya kritis dan dinyatakan meninggal dunia Rabu (9/3) lalu sekitar pukul 08.30 wita.

Baca juga:  Pasien COVID-19 yang Sembuh di Bali Bertambah Belasan Orang, Kasus Baru Masih Terjadi

Dari penjelasan dokter yang memeriksa, almarhum menderita penyakit DB. “Waktu belum ke rumah sakit sudah muntah darah dan setelah opname kepnokan kami sudah tiada ada karena sakitnya itu. Dokter di rumah sakit bilang katanya kena DB,” jelasnya.

Wakil Direktur RSUD Buleleng Bidang Pelayanan, dr. Putu Sudarsana mengatakan, sebelum meninggal dunia, pasien masuk rumah sakit pada kondisi kritis. Saat itu, almarhum sudah mengalami muntah dan berak darah. Gejala klinis ini sangat mirip dengan masa inkubasi penyakit DB. Sebelum melakukan tindakan medis, tim dokter yang mengangani juga melakukan uji lab terhadap sampel darah.

Tiga kali tes lab, sampel darah almarhum positif terjangkit DB. “Saat masuk ke rumah sakit kondisi pasien sudah kritis dan tiga kali cek lab darahnya positif DB. Sambil memulihkan trombosit-nya yang sudah turun, maunya dokter yang menangani akan cak organ dalam untuk memastikan ada atau tidaknya cairan. Saat akan rongsen, pasien kejang dan maunya kembali ke ruang perawatan ICU pasien sudah meninggal dunia,” katanya.

Baca juga:  Musim Hujan, Demam Berdarah Mulai Merebak

Menurut dr. Sudarsana, penanganan pasien sudah maksimal sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) di rumah sakit. Hanya saja, karena kondisi kondisi korban sudah kritis dan apalagi sudah muntah dan berak darah umumnya pasien sangat sulit diselamatkan. Penjelasan ini sudah disampaikan kepada keluarga dan dapat menerima pasien meninggal dunia karena penyakit yang diterinya.

Setelah ini, pihaknya akan melaporkan kepada Dinas Kesehatan (Diskes) untuk diambil tindakan lanjutan untuk mencegah penularan di lingkungan rumah pasien. “Rumah sakit akan melapor dan tindakan pencegahan lanjutan perlu dilakukan dan itu kewenangan di Diskes Buleleng,” jelasnya. (mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *